|

Mengapa Memberi Lebih Membahagiakan Dari Menerima

Kebahagiaan sejati seringkali dicari melalui harta benda atau pencapaian pribadi, namun seringkali meninggalkan kekosongan. Artikel ini akan mengungkap sebuah kebenaran fundamental: sumber kebahagiaan paling mendalam justru ada pada tindakan memberi, bukan menerima. Temukan bagaimana kemurahan hati dan altruisme dapat menjadi kunci utama untuk merasakan kepuasan batin yang abadi, didukung oleh penelitian ilmiah modern dan filosofi kuno yang relevan untuk hidup Anda.

Mengapa Memberi Lebih Membahagiakan Dari Menerima

Kebahagiaan adalah salah satu tujuan utama yang dikejar banyak orang dalam hidup. Seringkali, pencarian kebahagiaan ini mengarahkan kita pada akumulasi harta benda, pencapaian pribadi, atau pengalaman yang berpusat pada diri sendiri. Namun, dalam hiruk pikuk pencarian tersebut, kita mungkin melewatkan sebuah kebenaran fundamental: bahwa sumber kebahagiaan yang paling mendalam dan abadi justru terletak pada tindakan memberi, bukan menerima. Konsep “Memberi Bukan Menerima” adalah sebuah filosofi kuno yang semakin didukung oleh penelitian ilmiah modern, menunjukkan bagaimana kemurahan hati dan altruisme dapat menjadi kunci utama untuk merasakan kebahagiaan sejati dan kepuasan batin.

Dalam artikel yang komprehensif ini, kita akan menyelami lebih jauh mengapa tindakan memberi memiliki peran penting dalam mencapai kebahagiaan sejati. Kita akan menjelajahi berbagai dimensi dari filosofi ini, dari dampak psikologisnya hingga bagaimana kita dapat mengintegrasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari untuk mengalami “kebahagiaan dari memberi” secara penuh.

Memahami Kebahagiaan dari Memberi: Lebih dari Sekadar Harta

Kebahagiaan seringkali disalahpahami sebagai hasil dari mendapatkan apa yang kita inginkan atau memiliki lebih banyak. Namun, pengalaman manusia menunjukkan bahwa materi tidak selalu dapat mengisi kekosongan batin. Justru, “kebahagiaan dari memberi” muncul dari sebuah sumber yang lebih dalam dan lestari. Ketika kita memberi kepada orang lain, kita tidak hanya mengisi kebutuhan mereka, tetapi juga memenuhi kebutuhan batin kita sendiri untuk terhubung, berkontribusi, dan merasakan makna.

Pentingnya memberi dalam mencari kebahagiaan telah menjadi fokus banyak penelitian. Studi di bidang psikologi positif menunjukkan bahwa tindakan prososial (tindakan yang bertujuan untuk memberi manfaat bagi orang lain) secara konsisten dikaitkan dengan peningkatan kesejahteraan subjektif, atau dengan kata lain, perasaan bahagia. Memberi memungkinkan kita untuk mengalihkan fokus dari kekurangan diri sendiri ke potensi kita untuk menciptakan perbedaan positif di dunia. Ini adalah pergeseran perspektif yang kuat, yang membawa serta manfaat memberi yang berkelanjutan.

Sumber kebahagiaan sejati bukanlah dari materi, melainkan dari tindakan yang berakar pada kemurahan hati dan keikhlasan. Ketika kita memberi, kita merasakan kepuasan dan kegembiraan yang unik, yang tidak dapat kita dapatkan dari akumulasi benda. Perasaan ini berasal dari rasa bermanfaat, dihargai, dan terhubung dengan kemanusiaan kita. Banyak cara untuk memberi, seperti memberikan waktu, tenaga, pikiran, atau bahkan materi kepada orang lain yang membutuhkan. Setiap tindakan memberi, sekecil apapun, memiliki potensi untuk menumbuhkan kebahagiaan tanpa pamrih yang mendalam.

Kebahagiaan Sejati: Bukan Tentang Kepemilikan

Kebahagiaan sejati bukanlah tentang memiliki segala sesuatu yang kita inginkan atau mencapai setiap tujuan material. Sebaliknya, kebahagiaan sejati datang dari dalam, dari perasaan puas dan bahagia karena dapat memberikan kepada orang lain. Ketika kita memberi dengan tulus, kita merasakan kebahagiaan yang mendalam yang tidak dapat ditemukan dalam harta atau benda material. Ini adalah “kebahagiaan dari memberi” yang bersifat intrinsik, muncul dari kepuasan batin yang mendalam, bukan dari stimulus eksternal.

Penelitian dari Greater Good Science Center di UC Berkeley menunjukkan bahwa pengeluaran prososial (membelanjakan uang untuk orang lain) secara konsisten memprediksi kebahagiaan yang lebih besar daripada pengeluaran pribadi. Ini menggarisbawahi bahwa pengalaman memberi melampaui kepemilikan. Ini adalah tentang menciptakan dampak, menjalin hubungan, dan merasakan bahwa hidup kita memiliki tujuan yang lebih besar. Pergeseran fokus dari “apa yang saya dapatkan” ke “apa yang bisa saya berikan” adalah inti dari “cara mencapai kebahagiaan” yang berkelanjutan.

Psikologi dan Filosofi Memberi: Mengapa Kita Merasa Baik Saat Memberi

Dampak memberi pada kesejahteraan kita tidak hanya terasa secara intuitif, tetapi juga didukung oleh ilmu pengetahuan. “Psikologi memberi” menjelaskan fenomena yang dikenal sebagai “helper’s high,” sebuah perasaan euforia yang dialami setelah membantu orang lain. Ini terjadi karena tindakan memberi memicu pelepasan endorfin, dopamin, dan oksitosin di otak. Endorfin adalah pereda nyeri alami tubuh, dopamin adalah zat kimia yang berkaitan dengan kesenangan dan penghargaan, dan oksitosin dikenal sebagai “hormon cinta” yang meningkatkan ikatan sosial.

Sebuah studi yang diterbitkan di Journal of Psychological Bulletin menemukan bahwa tindakan altruisme dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental secara keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa “dampak memberi” meluas jauh melampaui perasaan senang sesaat; ia memiliki efek positif jangka panjang pada kesehatan psikologis kita. “Filosofi memberi” juga telah dieksplorasi selama berabad-abad oleh para pemikir dari berbagai budaya, yang semuanya mencapai kesimpulan serupa: bahwa berbuat baik kepada sesama adalah jalan menuju pencerahan dan kepuasan spiritual.

“Altruisme dan kebahagiaan” adalah dua konsep yang saling terkait erat. Altruisme, yang berarti perhatian tanpa pamrih terhadap kesejahteraan orang lain, seringkali dianggap sebagai tindakan murni tanpa motif tersembunyi. Namun, ironisnya, salah satu “manfaat memberi” yang paling konsisten adalah peningkatan kebahagiaan bagi si pemberi itu sendiri. Ini bukan berarti altruisme adalah egois; sebaliknya, itu menunjukkan bahwa kita secara biologis dan psikologis terprogram untuk merasakan kepuasan dari tindakan kebaikan. Ini adalah salah satu kunci untuk memahami “makna hidup melalui memberi.”

Dimensi-Dimensi Kebahagiaan Melalui Memberi

Konsep “Memberi Bukan Menerima” jauh melampaui sekadar pertukaran materi. Ini melibatkan berbagai dimensi yang memperkaya kehidupan kita dan orang lain, mulai dari ikatan emosional hingga pertumbuhan pribadi.

1. Memberi dengan Cinta dan Keikhlasan

Salah satu aspek terpenting dari “Memberi Bukan Menerima” adalah “memberi dengan cinta” dan keikhlasan. Ketika kita memberikan sesuatu dengan kasih sayang dan perhatian yang tulus, kita tidak hanya membuat orang lain bahagia, tetapi juga memperkaya hubungan kita dengan mereka. Memberi dengan cinta menciptakan ikatan yang kuat antara kita dan penerima, membangun jembatan empati dan kepercayaan. Ini adalah bentuk cinta yang memanifestasikan dirinya dalam tindakan, dan dampaknya sangat mendalam.

Ketika tindakan memberi dilakukan “dengan ikhlas”, tanpa mengharapkan balasan atau pengakuan, kebahagiaan yang dirasakan menjadi semakin murni. Keikhlasan ini membebaskan kita dari beban ekspektasi dan kekecewaan, memungkinkan kita untuk sepenuhnya merangkul kegembiraan dari tindakan itu sendiri. Ini adalah cara mencapai kebahagiaan yang paling otentik, di mana tindakan kebaikan menjadi hadiah bagi diri sendiri dan orang lain.

2. Keterhubungan dengan Orang Lain dan Dampak Sosial

Memberi juga memungkinkan kita untuk merasa terhubung secara mendalam dengan orang lain. Ketika kita membantu mereka dalam waktu sulit, memberikan dukungan, atau sekadar melakukan “tindakan kebaikan” kecil, kita merasa bahwa kita adalah bagian dari komunitas yang peduli. Ini memberikan rasa kebahagiaan yang mendalam karena kita tahu bahwa kita memiliki “dampak memberi” positif pada kehidupan orang lain. Interaksi sosial yang positif adalah prediktor kuat kebahagiaan, dan memberi adalah salah satu cara paling efektif untuk memperkuatnya.

Riset dari Harvard Health Publishing menyoroti bagaimana memberi dapat meningkatkan rasa memiliki dan mengurangi perasaan terisolasi. Dalam masyarakat modern yang seringkali terasa individualistis, “pentingnya memberi” dalam membangun dan memelihara jaringan sosial yang kuat tidak bisa diremehkan. Ini bukan hanya tentang membantu individu, tetapi juga tentang memperkuat struktur sosial yang lebih besar, menciptakan lingkaran kebaikan yang terus berputar.

3. Mengatasi Egoisme dan Menemukan Makna Hidup

Terlalu sering, kita terjebak dalam perangkap egoisme, berpikir hanya tentang diri sendiri dan kebutuhan pribadi. Namun, “Memberi Bukan Menerima” membantu kita “mengatasi egoisme” dan meluaskan perspektif kita. Ketika kita memberi tanpa mengharapkan balasan, kita melepaskan kendali ego dan kecenderungan untuk selalu menempatkan diri di atas. Proses ini membuka pintu untuk kebahagiaan yang lebih besar dan pemahaman yang lebih dalam tentang “makna hidup melalui memberi.”

Memberi memindahkan fokus dari diri sendiri ke orang lain, yang dapat menjadi cara ampuh untuk menemukan tujuan dan kepuasan. Ketika kita menyadari bahwa kita dapat memberikan kontribusi yang berarti kepada dunia, hidup kita terasa lebih bermakna. Ini adalah esensi dari “kebahagiaan sejati”, yang melampaui keinginan dan ambisi pribadi, dan menuntun kita pada rasa pemenuhan yang mendalam.

4. Rasa Syukur dari Memberi dan Kepuasan Batin

Salah satu hasil yang indah dari memberi adalah munculnya “rasa syukur dari memberi.” Ketika kita membantu orang lain, kita seringkali menjadi lebih sadar akan berkat-berkat dalam hidup kita sendiri. Melihat kesulitan orang lain dapat membuat kita lebih menghargai apa yang kita miliki, yang pada gilirannya meningkatkan rasa syukur kita. Sebuah studi di Journal of Personality and Social Psychology menemukan bahwa orang yang rutin mempraktikkan rasa syukur cenderung lebih bahagia dan lebih altruistik.

Bersamaan dengan rasa syukur, memberi juga membawa “kepuasan batin” yang tak tertandingi. Ini adalah perasaan hangat dan damai yang datang dari mengetahui bahwa kita telah melakukan sesuatu yang baik, yang tidak bisa dibeli dengan uang. “Kebaikan hati” yang kita tunjukkan kepada orang lain memantul kembali kepada kita dalam bentuk kedamaian dan kebahagiaan internal. Ini adalah manifestasi nyata dari “kebahagiaan tanpa pamrih”, yang tidak mencari validasi eksternal, melainkan berakar pada kemurnian niat dan kebaikan tindakan.

Bagaimana Mempraktikkan “Memberi Bukan Menerima” untuk Kebahagiaan

Integrasi konsep “Memberi Bukan Menerima” ke dalam kehidupan sehari-hari bukanlah tugas yang rumit. Ada banyak “tips praktik memberi” yang dapat kita lakukan, mulai dari tindakan besar hingga gestur kecil yang bermakna.

1. Jadilah Sukarelawan Kebahagiaan

Salah satu cara terbaik untuk mempraktikkan konsep ini adalah dengan menjadi sukarelawan. Bergabung dengan organisasi amal atau sukarelawan untuk membantu mereka yang membutuhkan. Ini adalah cara yang baik untuk memberikan waktu, tenaga, dan keterampilan Anda kepada orang lain. Menjadi “sukarelawan kebahagiaan” berarti Anda secara aktif berkontribusi pada kesejahteraan orang lain, dan dalam prosesnya, Anda akan menemukan kepuasan yang luar biasa.

Baik itu membantu di dapur umum, membaca untuk anak-anak, atau membersihkan lingkungan, setiap jam yang Anda sumbangkan memiliki “dampak memberi” yang signifikan. Sebuah laporan dari Mayo Clinic menunjukkan bahwa kegiatan sukarela dapat mengurangi stres, melawan depresi, dan membuat Anda merasa lebih terhubung dengan komunitas Anda. Ini adalah contoh konkret dari “manfaat memberi” yang meluas.

2. Berikan Dukungan Emosional

Kadang-kadang, orang hanya butuh seseorang yang mendengarkan. Memberikan “dukungan emosional” kepada teman, keluarga, atau rekan kerja yang sedang mengalami kesulitan adalah bentuk memberi yang sangat berarti. Mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan kehadiran yang menenangkan, atau sekadar menunjukkan bahwa Anda peduli dapat membuat perbedaan besar dalam hidup seseorang. Ini adalah “tindakan kebaikan” yang tidak membutuhkan biaya, tetapi memiliki nilai yang tak terhingga.

Dalam dunia yang serba cepat ini, meluangkan waktu untuk benar-benar mendengarkan orang lain adalah hadiah yang langka dan berharga. Ini membantu membangun empati dan memperkuat ikatan interpersonal, yang merupakan bagian integral dari “keterhubungan dengan orang lain” yang membawa kebahagiaan.

3. Bagikan Pengetahuan dan Keterampilan

Jika Anda memiliki pengetahuan atau keterampilan tertentu, bagilah dengan orang lain. Ini bisa melalui mengajar, memberikan panduan, atau menjadi mentor bagi mereka yang ingin belajar. Memberikan pengetahuan adalah cara kuat untuk memberi, karena Anda memberdayakan orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Ini adalah investasi pada masa depan orang lain, dan kepuasan yang datang dari melihat seseorang berhasil karena bimbingan Anda sangatlah besar.

Baik itu mengajari seseorang bahasa baru, membantu teman dengan tugas, atau berbagi keahlian profesional Anda, “berbagi pengetahuan” adalah bentuk kemurahan hati yang membuka peluang bagi orang lain. Ini juga merupakan cara yang bagus untuk membangun kepercayaan diri dan merasa bahwa Anda memiliki sesuatu yang berharga untuk ditawarkan kepada dunia.

4. Lakukan Tindakan Kebaikan Kecil Sehari-hari

Anda tidak perlu memiliki banyak uang atau waktu luang untuk memberi. Seringkali, hadiah kecil atau “tindakan kebaikan” sederhana dapat membuat perbedaan besar dalam hidup seseorang. Luangkan waktu untuk memberikan hadiah kecil, meninggalkan catatan positif, atau melakukan tindakan kecil yang dapat membuat orang lain tersenyum. Ini bisa berupa menahan pintu, membiarkan orang lain lewat duluan dalam antrean, atau sekadar memberikan pujian tulus.

Kebaikan hati yang spontan ini bukan hanya mencerahkan hari orang lain, tetapi juga meningkatkan mood Anda sendiri. Ini adalah manifestasi dari “kebaikan hati” yang menular, menciptakan efek riak positif dalam lingkungan Anda. Ingat, “kebahagiaan dari memberi” tidak selalu datang dari gestur besar, melainkan dari konsistensi dalam melakukan tindakan-tindakan kecil yang penuh perhatian.

5. Memberi Tanpa Pamrih

Kunci dari kebahagiaan yang langgeng dari memberi adalah “memberi tanpa pamrih”. Ini berarti memberikan tanpa mengharapkan balasan, pengakuan, atau pujian. Ketika kita melepaskan ekspektasi ini, tindakan memberi menjadi murni dan membebaskan. Ini adalah bentuk altruisme sejati, di mana satu-satunya imbalan yang dicari adalah kegembiraan murni dari tindakan memberi itu sendiri. “Kebahagiaan tanpa pamrih” adalah puncak dari pengalaman memberi, di mana ego telah dikesampingkan, dan kebaikan dilakukan demi kebaikan itu sendiri.

Filosofi ini mendorong kita untuk melihat melampaui keuntungan pribadi dan merangkul kemanusiaan kita bersama. Ini adalah jalan menuju kebahagiaan yang lebih dalam dan “kepuasan batin” yang abadi, karena kita beroperasi dari tempat cinta dan kelimpahan, bukan kekurangan atau kebutuhan untuk memvalidasi diri sendiri.

Kesimpulan

“Memberi Bukan Menerima” adalah konsep yang mendalam yang mengajarkan kita bahwa “kebahagiaan sejati” dapat ditemukan dalam memberi kepada orang lain. Ketika kita memberi dengan tulus, kita merasa terhubung dengan orang lain, “mengatasi egoisme”, dan merasakan kebahagiaan yang mendalam dan berkelanjutan. Dari perspektif “psikologi memberi”, tindakan ini memicu respons neurokimia positif dalam otak kita, sedangkan dari “filosofi memberi”, ia menuntun kita pada “makna hidup melalui memberi” dan “kepuasan batin” yang tak tertandingi.

Manfaat memberi meluas dari peningkatan kesehatan mental hingga penguatan ikatan sosial dan pengembangan “rasa syukur dari memberi”. Dengan mempraktikkan “tindakan kebaikan” seperti menjadi “sukarelawan kebahagiaan”, memberikan “dukungan emosional”, “berbagi pengetahuan”, dan melakukan gestur kecil yang penuh “kebaikan hati”, kita dapat mengintegrasikan filosofi ini ke dalam kehidupan sehari-hari kita. Mari kita semua merangkul “pentingnya memberi” dan menemukan “kebahagiaan dari memberi” yang sesungguhnya dalam hidup kita.

  1. Mengapa memberi dapat membuat seseorang merasa lebih bahagia?

    Memberi dapat membuat seseorang merasa lebih bahagia karena beberapa alasan. Secara psikologis, tindakan memberi memicu pelepasan endorfin, dopamin, dan oksitosin di otak, yang menciptakan perasaan senang, penghargaan, dan ikatan sosial (dikenal sebagai “helper’s high”). Memberi juga memberikan rasa tujuan dan makna hidup, meningkatkan harga diri, mengurangi stres, dan memperkuat koneksi sosial, yang semuanya berkontribusi pada kesejahteraan emosional yang lebih tinggi.

  2. Apa saja contoh tindakan memberi yang sederhana namun bermakna?

    Contoh tindakan memberi yang sederhana namun bermakna antara lain: meluangkan waktu untuk mendengarkan teman yang sedang curhat (dukungan emosional), membantu tetangga membawa belanjaan, membelikan kopi untuk orang asing, memberikan pujian tulus, menahan pintu untuk orang lain, berbagi bekal makanan dengan rekan kerja, menawarkan untuk mengajari seseorang keterampilan yang Anda kuasai (berbagi pengetahuan), atau bahkan sekadar tersenyum dan menyapa ramah kepada orang yang Anda temui.

  3. Bagaimana memberi mempengaruhi hubungan kita dengan orang lain?

    Memberi secara positif mempengaruhi hubungan kita dengan orang lain dengan membangun kepercayaan, empati, dan ikatan yang lebih kuat. Ketika kita memberi, kita menunjukkan bahwa kita peduli, yang dapat meningkatkan rasa dihargai dan dicintai oleh penerima. Ini menciptakan lingkaran timbal balik kebaikan dan dukungan, memperkuat rasa komunitas, dan membantu membangun jaringan sosial yang lebih kokoh dan bermakna.

  4. Apa bedanya kebahagiaan yang didapat dari memberi dengan kebahagiaan material?

    Kebahagiaan yang didapat dari memberi cenderung lebih mendalam, berkelanjutan, dan memuaskan secara batiniah dibandingkan kebahagiaan material. Kebahagiaan material seringkali bersifat sementara dan bergantung pada stimulus eksternal (yaitu, barang yang baru dibeli), yang kepuasannya bisa memudar seiring waktu. Sebaliknya, kebahagiaan dari memberi bersifat intrinsik, muncul dari rasa tujuan, koneksi, dan kepuasan batin karena telah membuat perbedaan positif, yang dampaknya terasa lebih langgeng dan memuaskan.

  5. Apakah ada dampak negatif jika kita terlalu fokus pada menerima?

    Terlalu fokus pada menerima dapat memiliki beberapa dampak negatif. Ini dapat memupuk egoisme dan rasa tidak puas yang konstan, karena keinginan untuk menerima lebih banyak seringkali tidak ada habisnya. Fokus pada menerima juga dapat mengikis rasa syukur, mengurangi kemampuan untuk merasakan kebahagiaan sejati, dan mengisolasi kita dari orang lain karena kurangnya keterlibatan prososial. Ini juga dapat membuat kita lebih rentan terhadap perasaan iri dan kompetisi, karena kebahagiaan kita terikat pada apa yang dimiliki atau dicapai orang lain.


13 Comments

  1. Jika Anda mau menjual sesuai dengan harga yang Anda terima, silahkan saja. Tapi saya bisa memberi lebih tanpa harus rugi. Saya memang mau memberi. Sesungguhnya amal tergantung niat.

  2. Assalamu’allaikum,
    Artikel menarik, menggelitik dan merangsang untuk di komentari.
    “Bahkan saat menjual pun, Anda tetap harus memiliki mental pemberi. Caranya menjual sesuatu yang nilainya jauh di atas uang yang kita terima.”
    Menurutku dari sedikit kutipan di atas hubungan antara pembeli dan penjual selayaknya simbiosis mutualisma, “Pembeli butuh produk dan penjual butuh uang”, jadi tidak ada yang merasa lebih diuntungkan dalam hal ini.
    jika pembeli tidak butuh maka dia tak akan membelinya dan demikian pula penjual, jika penjuat tak butuh uang maka ia pun tak akan menjualnya,
    Dari artikel diatas sebenarnya kita yang mendengarkan ustad penjual tausiyah mendapatkan keuntungan dari amalnya yang selalu mengingatkan kita akan kebaikan, tanpa kita sadari pada saat itu sebenarnya kita tak berfikir merasa butuh tausiyahnya, oleh sebab itu kita tak memberikan imbalan untuk nya (dengan alasan kita tak mengundangnya)
    Catatan
    ada dua amal yang dilakukan oleh ustad tersebut:
    1. Tausiyah.
    2. senyum.

    Terima kasih.
    Wasalam.

  3. Niatkan, maka anda akan mendapatkan! Sedang yang mengetahui itu hanya diri kita sendiri dan Allah SWT. Oleh karena itu pembahasan niat sudah jelas. Tinggal kita perlu meletakkan niat pada amal perbuatan yang tidak menyimpang dari syariat Allah SWT.

  4. asalamualaikum.

    artikel yang menarik..
    menurut hemat saya hikmah yang dapat di ambil dari cerita d atas yaitu bukan dari jual beli maupun menerima dan memberi tetapi akan lebih baik jika kita berfikir tentang kekuatan pemilik mental pemberi karena jelas lebih mulia di bandingkan dengan mental pengemis yang hanya bisa meminta, menunggu pertolongan orang lain dan tidak dapat memanfaatkan potensi dirinya pada hal yang lebih positif. wasalam

  5. Artiekl yang menarik.

    Pada saat kita sedekah kita orang lain sebenarnya kita itu sudah membebaskan diri dari belenggu-belenggu syetan.

    Semoga kita bisa menjadi orang yang selalu bisa memberi dibandingkan menerima

  6. Assalamualaikum …

    Cukup menarik artikelnya…??memberi, bukan menerima! Dari cerita diatas bahwa pada dasarnya memang orang tersebut intinya meminta sesuatu kepada orang lain dalam hal ini uang untuk hidupnya !Tetapi alangkah baiknya kita jg berfikir bijak, memberi itu bukan dilihat dari orang itu siapa atau kondisinya bagaimana tetapi tergantung ketulusan hati kita memberi. Allah SWT maha tahu mana hambanya yang memberi karena ikhlas dan mana yang memberi karena kasihan, untuk masalah amalan orang yang meminta tersebut biar yang maha kuasa yang membalasnya>>terima kasih Wassalam

  7. asalamualaikum.
    Ridho’ mungkin kunci dari salah satu memberi. Karena ketika sudah memberi pun tiba-tiba di hati ini di bisikan oleh syetan, hingga menjadi rasa bangga ataupun ingin dipuji dan dihormati. Siapa ingin dihargai, dipuji dan dihormati. Ujun-ujungnya sakit hati.
    Sukron artkelnya.

  8. Assalamualaikum.

    Ada penjual pasti karena ada pembeli,,,!
    senyumlah untuk semua orang jangan hanya tersenyum untuk sebuah imbalan….!
    alangkah baiknya dalam beramal tidak mengharapkan sedikitpun imbalan,,
    karena imbalan dunia kecil dibandingkan surga…!

    terus berkaya..
    Good Luck,

    Wasalam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *