|

Meraih Sukses Dengan Ribath

Artikel ini lahir karena ketertarikan saya pada QS Ali Imran ayat 200, yaitu:

Meraih Sukses Dengan Ribath

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (rubithu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS Ali Imran:200).

Jika Anda membaca di berbagai tempat, terjemahan QS Ali Imran 200 mungkin seperti ini:

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.”

Itu tidak salah. Salah satu makna ribath itu memang berjaga atau bersiap siaga di perbatasan negeri saat berperang.

Namun yang menarik, bahwa ribath maknya tidak hanya satu itu. Kita akan bahas segera.

Meraih Sukses Dengan Ribath - Metode Menjaga Komitmen

Empat Kunci Sukses (Beruntung)

Di tafsir Ibnu Katsir, yuflihuun itu diartikan sebagai beruntung di dunia dan di akhirat. Dan dia ayat tersebut ada 4 yang diperintahkan agar kita beruntung dunia akhirat, yaitu:

  1. Bershabar (ishbiru)
  2. Memperkuat keshabaran (shaabiru)
  3. Bersiap siaga (raabithu)
  4. Bertaqwa

Saya memiliki keyakinan jika 4 hal ini diterapkan dalam berbagai aspek, maka akan membawa keberuntungan. Konsep sukses akhirat, bisa diterapkan untuk konsep sukses dunia seperti bisnis, karir, dan sebagainya. Kita boleh saja belajar konsep sukses dari orang luar, namun di Al Quran sendiri sebenarnya sudah ada dan bisa menjadi konsep yang utama.

Pada artikel ini saya akan fokus pada poin yang ketiga siap siaga (ribath). Saya sudah sering membahas tentang keshabaran di berbagai artikel lainnya. Dan in syaa Allah, mungkin akan bahas juga tentang ketakwaan dan bagaimana ketakwaan akan membawa sukses di dunia, selain di akhirat.

Apa Itu Ribath?

Pada penjelasan di tafsir Ibnu Katshir, ribath itu ada dua berdasarkan hadist. Yang pertama berjaga atau bersiap siaga saat berperang agar tidak dimasuki musuh. Ini dijelaskan melalui berbagai hadist.

Ada juga hadist lain yang menjelaskan bahwa ribath itu tidak berkaitan dengan perang.

Apakah kalian mau aku tunjukkan amalan yang dapat menghapus dosa dan mengangkat derajat? Mereka menjawab, “Mau , wahai Rasulullah.” Rasulullah bersabda, “Menyempurnakan wudhupada saat-saat yang tidak disukai, memperbanyak langkah kaki menuju ke masjid, dan menunggu shalat setelah shalat. Yang demikian itulah ar Ribath” (HR. Muslim)

Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan makna ribath dalah hadits tersebut, “asal makna ribath adalah al-habsu (menahan) atas sesuatu, seperti menahan dirinya untuk berada dalam ketaatan ini.”

“Pada saat-saat yang tidak disukai” maksudnya adalah ketika matahari bersinar terik di musim panas, atau malam hari di musim dingin dan menjelang shubuh. Karena pada saat-saat seperti itu, orang lebih cenderung untuk mencukupkan diri pada syarat sahnya wudhu’.

Adalah tidak masalah harus berkalan kaki ke Masjid. Mungkin capek atau lelah, tetapi itu adalah perjuangan untuk shalat berjama’ah di masjid.

Menunggu shalat setelah shalat maksudnya adalah hatinya senantiasa merindukan akan datangnya waktu shalat yang berikutnya.

Bisa disimpulkan bahwa Ar-ribath adalah orang yang melazimkan dirinya untuk selalu taat kepada Allah swt. tanpa ada sesuatu apapun yang menghalanginya, tanpa ada satupun yang membatasinya. Orang yang tangguh, tidak mudah dihentikan untuk melakukan sesuatu yang baik.

Kedua ribath ini tentu akan membawa kepada keberuntungan di akhirat.

Banyak fadhilah yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam perihal keutamaan ribath. Di antaranya sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,

Ribath satu hari di jalan Allah lebih baik dari dunia dan apa saja yang ada di atasnya.” (HR Bukhari)

Ribath sehari semalam lebih baik daripada puasa dan shalat malam sebulan penuh, jika dia meninggal maka amalannya senantiasa mengalir sebagaimana yang pernah dia amalkan, mengalir pula rizkinya dan terbebas dari fitnah.” (HR Muslim)

Dua mata yang tidak akan disentuh oleh api neraka: (pertama) mata yang menangis karena takut kepada Allah, (kedua) mata yang bermalam dalam keadaan berjaga di jalan Allah.” (HR. At-Tirmidzi, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani)

Ringkasnya, bahwa ribath itu ada dua macam; pertama, ribath (terikat) di front peperangan untuk membela dan atau menegakkan Islam. Kedua, ribath (terikat) secara ruhiyah yaitu memelihara diri jangan sampai terjatuh ke dalam larangan Allah. Juga berkomitmen untuk mengerjakan amal-amal shalih dan membiasakannya terus menerus.

Menerapkan Ribath Untuk Meraih Kesuksesan

Jika kita mau sukses di akhirat, maka lakukan ribath. Keduanya, sesuai kondisi. Jika tidak dalam kondisi perang, artinya melajalankan ribath yang kedua. Ini sudah jelas dan harus menjadi priositas yang utama kita.

Lalu bagaimana menerapkan konsep ribath untuk kesuksesan di dunia, dalam bisnis atau karir misalnya? Prinsipnya sama. Untuk meraih sukses baik dalam bisnis maupun karir, intinya Anda harus memelihara diri jangan sampai terjatuh ke aktivitas yang menjerumuskan kepada kegagalan dan komitmen melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk sukses.

Sebagai contoh, menghabiskan waktu untuk aktivitas tidak produktif seperti bermain social media, menonton film, menonton drakor, main game, melamun, rebahan, dan sebagainya. Banyak orang yang terjatuh pada hal-hal seperti, sehingga akhirnya waktu terbuang percuma. Sementara mereka tidak komitmen melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk sukses.

Orang yang menjalankan konsep ribath untuk sukses bisnis, dia akan menjaga dirinya agar tidak terjerumus pada tindakan atau aktivitas sia-sia dan berkomitmen melakukan apa yang seharusnya.

Sederhana bukan? Tapi prakteknya susah! (Makanya orang sukses dikit).

Adakah caranya agar kita bisa melakukan ribath?

Dalam buku Tazkiatun Nafs, Imam Ghozali menjelaskan sebuah cara atau sistem dalam menjalankan ribath. Ada 6 maqom (tahapan) dalam menjalankan ribath.

Enam Tahapan Menerapkan Ribath

Saya memiliki keyakinan bahwa enam tahapan ini bisa diterapkan untuk meraih sukses di akhirat dan juga di dunia (bisnis/karir). Saya akan rangkumkan dulu apa yang dijelaskan oleh Imam Ghozali dan nanti kita akan bahas bagaimana penerapannya untuk meraih sukses bisnis atau karir Anda.

Tahapan Pertama: Musyarathah (Penetapan Syarat)

Imam Ghazali memberikan perumpamaan syarat yang diberikan kepada mitra bisnis kita agar kita mendapatkan keuntungan. Dalam konteks mensucikan jiwa, jelas syarat ini kita ajukan ke diri kita sendiri agar saat perhitungan nanti, kita meraih “keuntungan”.

Keuntungan bagi jiwa adalah tidak ada kotoran jiwa yang masuk, semakin bersihnya jiwa, dan hanya terisi oleh hal-hal yang bermanfaat (amal shalih).

Ini sebuah tekad apa yang mau Anda lakukan dan apa yang mau Anda hentikan. Tentu saja dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan kemampuan diri. Bisa dikatakan ini target amaliah (tindakan) Anda.

Contoh Musyaratah:

  1. Berazam untuk solat berjemaah secara muafik di masjid.
  2. Berazam untuk sentiasa menunaikan solat Dhuha.
  3. Berazam untuk sentiasa bercakap benar dan sebagainya.

Tahapan Kedua: Muraqabah (Pengawasan)

Anda harus mengawasi agar syarat-syarat (target-target) tercapai.

Seorang hambat tidak terlepas dari 3 keadaan: dalam keta’atan, kemaksiatan, mudah.

  • Muraqabah dalam ketaatan adalah menjaga keikhlasan, menyempurnakan, menjaga adab, dan melindungi dari berbagai cacat.
  • Muraqabah dalam kemaksiatan adalah dengan taubat, melepaskan, malu, dan sibuk tafakkur
  • Muraqabah dalam mubah adalah dengan menjaga adab dan bersyukur.

Muraqabah adalah mengawasi bahwa setiap saat Anda selalu meraih keuntungan. Juga tidak melewatkan peluang saat kita sebenarnya bisa meraih keuntungan (ketaatan) dan mengurangi atau menghilangkan kerugian (kemaksiatan). Juga menjadikan hal mubah menjadi sesuatu yang menguntungkan).

Awasi hal-hal ini dalam ibadah kita, untuk memastikan ibadah kita meraih keuntungan:

  1. Hadir hati / niat kerana Allah.
  2. Takzim / memulaiakan Allah / menjaga adab / faham apa yang dilakuakan.
  3. Raja’ / mengharapkan allah menerima amalan / amal cara terbaik.
  4. Khouf / takut murka Allah.
  5. Haya’ / malu dengan Allah.
  6. Yakin Allah melihat

Tahapan Ketiga: Muhasabah (Perhitungan)

Jika diibaratkan dalam niaga adalah menghitung keuntungan dan kerugian. Dilakukan di setiap akhir periode. Untuk pribadi, kita bisa melakukan muhasabah setiap hari. Saat pagi kita menetapkan syarat, dan di malam harinya kita melakukan muhasabah.

Muhasabah akan menunjukan kekurangan kita. Jika syarat sudah terpenuhi kita bersyukur. Jika kita melihat kekurangan, maka dengan segera kita bisa melakukan upaya mengantisipasinya.

Contoh:

  • Jika luput melakukan kewajiban, maka menuntutnya dengan meng-qadha
  • Jika kurang sempurna melakukan kewajiban, maka ia menutupnya dengan amalan sunnah
  • Jika melakukan kemaksian, maka ia menghukum, mencela diri, menyesal, dan taubat

Intinya agar kita bisa menutupinya dengan segera dan tidak menjadi masalah kelak (di akhirat).

Hendaklah kalian menghisab diri kalian sebelum kalian dihisab, dan hendaklah kalian menimbang diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah untuk hari besar ditampakkannya amal”. Diriwayatkan oleh At Tirmidzi dalam Shifatul Qiyamah, disebutkan oleh Imam Ahmad dalam kitab Zuhud-nya. Dan Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin 1/319.

Tahap Keempat: Mu’aqabah (mendenda diri / mendidik diri)

Mu’aqabah adalah mendenda diri dengan melakukan satu perkara yang boleh menginsaf dan menghindarkan diri daripada mengulangi sesuatu perkara salah dan tidak berfaedah.

Jangan sampai kita mengabaikan jika kita melakukan hal yang merugikan atau melewatkan hal yang menguntungkan. Jika kita mengabaikannya, maka dengan mudah kita bisa mengulangi lagi. Dan jika itu terulang, maka kerugian akan terus bertumpuk. Ini sebab kehancuran.

Sering kali, kita dengan mudah menghukum orang lain, termasuk istri atau anak, tetapi tidak pernah menghukum diri atas kesalahan dan kekurangan.

Buatlah sebuah sangsi agar Anda tidak mengulanginya lagi. Bisa dengan infaq, penambahan amal yang lebih banyak, dan sebagainya.

Tahap Kelima: Mujahadah (Bersungguh-sungguh)

Saat kita tidak mengikuti persyaratan atau azam kita sendiri, maka kita perlu bersungguh-sungguh mencari cara agar kita mengikutinya. Cara yang dijelaskan oleh Imam Ghazali adalah dengan terapi, yaitu bersahabat dengan orang-orang yang bersungguh-sungguh beribadah.

Jika tidak bisa menemukan orang seperti itu, maka kita bisa belajar dengan membaca kisah generasi salaf yang memiliki kesungguhan dalam beribadah.

Tahap Keenam: Mu’atabah (Mencela Diri)

Dalam diri kita ada hawa nafsu yang selalu membawa kita menjauh dari kebaikan, memerintahkan kebutukan, dan cendrung kepada kejahatan. Jika Anda membiarkannya, maka akan merajalela, akhirnya liar dan tidak terkendali. Anda perlu mencela dan menegurnya.

Yang dicela adalah jiwa yang tergoda oleh hawa nafsu. Lakukan secara rutin. Ini adalah cara menjaga jiwa kita. Dan hadiah dari orang yang menjawa jiwanya adalah mendapatkan ridha Allah.

Menerapkan Sistem Ribath Dalam Meraih Sukses Bisnis dan Karir

Dunia itu kecil. Jika sistem ini bisa menjadikan kita mendapatkan sesuatu yang besar (ridha Allah), maka harusnya dengan mudah bisa kita gunakan untuk mendapatkan hal yang kecil (dunia), misalnya untuk meraih sukses dalam karir dan bisnis.

Tentu saja, yang utama adalah mendapatkan ridha Allah. Ini harus menjadi yang utama dan pertama. Jangan sebaliknya, memanfaatkan sistem ribath hanya untuk dunia, sementara akhirat dilupakan.

Tetapkan Syarat Sukses Anda

Apa saja yang perlu Anda lakukan untuk meraih sukses? Apa saja yang harus Anda tinggalkan untuk meraih sukses? Tentukan yang paling penting. Termasuk kualitas dan kuantitasnya. Kemudian bertekadlah bahwa Anda akan melakukannya.

Jika Anda tidah mengetahui, apa yang harus dilakukan agar sukses dan apa yang perlu ditinggalkan, maka Anda perlu belajar ilmunya. Bisa dengan membaca buku, ikut pelatihan, atau bertanya kepada mentor.

Syarat sukses yang kita tetapkan dikenal juga dengan istilah komitmen, yaitu ikatan janji pada diri sendiri untuk melakukan apa yang perlu dilakukan untuk sukses.

Buat Sistem Pengawasan

Anda harus bisa memonitor atau mengawasi, apakah Anda sudah melakukan apa yang perlu Anda lakukan, mengurangi atau menghindari apa yang harus dilakukan. Sistem monitor bisa meminta bantuan orang lain, menggunakan alat, atau dengan mencatatan.

Pencatatan adalah cara memonitor yang sederhana. Buatlah jurnal atau catatan aktivitas harian. Bisa juga dalam bentuk tabel atau seperti papan skor pertandingan.

Lakukan Evaluasi Secara Rutin

Bisa setiap hari, bisa setiap pekan, bisa setiap bulan, bisa setiap semester, bisa setiap tahun, atau gabungannya. Sebagai contoh evaluasi harian ada, evaluasi pekanan ada, evaluasi semesteran ada, dan tentu tahunan.

Bandingkan apakah syarat yang Anda tetapkan dan pencapainya sudah sesuai. Inilah evaluasi. Anda bisa melihat sejauh mana Anda melakukan yang menguntungkan bisnis atau karir Anda atau sebaliknya.

Funishment (Hukuman)

Banyak orang yang sebenarnya sadar dia tidak melakukan apa yang perlu dilakukan. Mereka juga sadar tidak meninggalkan apa yang perlu ditinggalkan. Terus saja seperti itu.

Harus ada upaya untuk memperbaikinya, yaitu sebuah hukuman. Misalnya push up, memberikan uang kepada orang lain, tidak melakukan kesenangan Anda, dan sebagainya.

Dapatkan Motivasi dan Inspirasi

Supaya Anda terus bersungguh-sungguh dalam menjalan sistem sukses ini, carilah motivasi dan inspirasi. Banyak yang mengatakan bahwa motivasi itu dari diri sendiri, tetapi sering kali orang lain membantu menemukan motivasi dalam diri kita. Kita juga akan lebih semangat disaat ada “teman” yang sama-sama sungguh atau contoh orang yang berhasil.

Mencela Diri

Hawa nafsu bukan hanya menghalangi Anda dari sukses di akhirat. Sukses di dunia pun bisa terhalang oleh hawa nafsu seperti malas dan hanya ingin bersenang-senang. Anda perlu secara rutin mencela diri disaat Anda terus-menerus terbawa hawa nafsu.

Jika tidak, maka kemalasan akan semakit kuat dan tidak bisa dikendalikan. Begitu juga Anda bisa ketagihan oleh aktivitasnya yang menyenangkan. Sebagai contoh tidak sedikit orang menonton Net**** berjam-jam perhari. Padahal mereka sadar, itu tidak bermanfaat untuk kesuksesannya.

Bukan mencela diri kita tidak mampu atau rendah diri, tetapi mencela kenapa diri ini masih terbawa hawa nafsu. Kenapa tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau tidak meninggalkan apa yang seharusnya ditinggalkan. Ya, lebih kepada perilaku kita.

Kesimpulan

Jika Anda mau sukses, kuncinya adalah pengendalian diri pada apa yang seharusnya. Ini disebut dengan ribath. Dan kita bisa menggunakan metode dari Imam Ghazali untuk menerapkan ribath tersebut.

  1. Tetapkan syarat sukses atau komitmen. Baiknya komitmen harian yang jika Anda lakukan dengan baik, maka Anda akan sukses. Fokus pada tindakan, bukan hasil. Tindakan bisa dikendalikan, sementara hasil tidak.
  2. Biat sistem pengawasan atau monitoring. Bisa dengan cara sederhana: pencatatan.
  3. Lakukan evaluasi secara rutin, harian, pekanan, atau bulanan.
  4. Tetapkan funishment jika komtimen tidak dilakukan.
  5. Carilah motivasi dan inspirasi dari orang yang sungguh-sungguh berkomitmen.
  6. Celalah perilaku diri jika tidak bisa menjalankan komitmen.

Pertanyaanya, bagaimana jika komitmen sudah berjalan namun belum memberikan hasil? Artinya komitmen Anda kurang atau salah. Bisa kurang kualitas atau kuantitasnya atau Anda salah memilih komitmen. Maka perbaikilah.

Jika percobaan pertama berhasil itu bagus. Jika tidak pun itu bagus. Ada pengalaman dan pelajaran berharga yang anda dapatkan. Tinggal buat komitmen baru yang lebih baik.


Kunjungi Juga:

Mau Umroh? Meski Anda Tidak Punya Uang dan Belum Siap?

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WordPress Anti Spam by WP-SpamShield