2 Alasan Mengapa Kenapa Anda Sulit Berubah?
Sebuah pertanyaan, yang mungkin Anda tanyakan juga, kenapa saya sulit berubah? Sudah berapa kali saya menerima pertanyaan semacam ini:
“Saya sudah mengikuti berbagai seminar, membaca buku, ebook, dan menonton video motivasi dan pengembangan diri. Mengapa saya sulit berubah? Tidak ada perbaikan yang berarti dalam hidup saya. Tidak ada peningkatan motivasi dalam hidup saya. Semua produk pengembangan tersebut tidak bekerja untuk saya.”
Siapa Lagi Yang Bertanya “Kenapa Sulit Berubah?”
Anda pernah mengalami hal yang sama? Bersyukurlah jika tidak. Saya masih mendapatkan kiriman SMS maupun email yang mengatakah hal yang senada. Mereka mengatakan bahwa seminar, buku, ebook, maupun video tidak bermanfaat bagi mereka.
Namun yang perlu diperhatikan adalah, bisa jadi merasa tidak sulit berubah, tapi lihat 5 tahun ke belakang. Adakah perubahan signifikan yang Anda alami selain bertambahnya umur?
Jika tidak ada atau sedikit perubahan, artinya Anda sulit berubah.
Apa penyebabnya? Ada 2 penyebab utama, mengapa suatu produk pendidikan tidak bermanfaat. Yang dimaksud produk pendidikan itu seperti buku, seminar, ebook, video, pelatihan, coaching, dan sebagainya.
Ada Termostat dalam Diri Anda?
Coba lihat setrika Anda. Disana ada termostat, dimana Anda bisa mengatur panas maksimal. Jika panas maksimal sudah tercapai, aliran listrik ke setrika Anda akan berhenti. Sehingga, panas setrika Anda tidak akan melebihi panas yang Anda atur.
Nah, dalam diri kita juga sama. Jika penghasilan Anda tidak beranjak dari angka tertentu, mungkin secara tidak sadar, Anda sudah mengatur termostat keuangan Anda. Ya, tidak sadar, sebab secara sadar Anda sebenarnya ingin lebih dari itu.
Jadi, tugas Anda selanjutnya adalah melepaskan termostat itu atau setidaknya naikan pengaturannya. Jika sebelumnya penghasilan Anda Rp 10.000.000, sekarang atur menjadi Rp 20.000.000 misalnya. Lebih tinggi boleh.
Benarkah Anda Ingin Berubah?
Yang pertama ialah karena tidak yakin. Seseorang memang berharap mendapatkan sesuatu setelah mengikuti sebuah seminar. Namun dia hanya berharap, bukan meyakini bahwa seminar tersebut akan memberikan hasil. Berharap dengan yakin sungguh berbeda, berharap seolah untung-untungan, namun yakin seolah hasil sudah di tangan.
“Saya berani membayar mahal karena saya merasa yakin”. Coba tanya lebih dalam lagi hati Anda. Betulkah Anda yakin? Saat Anda mengatakan bahwa “Semua produk pengembangan tersebut tidak bekerja untuk saya.” Itu adalah tanda tidak yakin. Keyakinan Anda tercermin dari kata-kata dan tindakan Anda.
Sejauh mana Anda melakukan apa yang diinstruksikan dalam produk pendidikan tersebut? Itu juga menggambarkan keyakinan Anda. Sudahkah Anda mengikuti semuanya? Menjalankan dengan sungguh-sungguh? Silahkan Anda evaluasi lagi.
Keyakinan Anda adalah termostat Anda. Pencapaian Anda akan dibatasi oleh keyakinan Anda. Jika tidak yakin perubahan didapat setelah Anda belajar, Anda akan berubah. Jika tidak, maka Anda tidak akan berubah.
Keinginan + Keyakinan ==> Berubah
Perubahan Perlu Proses
Sebenarnya, berubah dalam artian merubah arah, terjadi secara instan, seperti Anda mengubah arah motor atau mobil Anda. Namun, setelah Anda memutar setir, akan membutuhkan waktu atau proses agar sampai ke tujuan baru. Wawasan, mindset, dan ilmu Anda berubah secara instan setelah belajar, tapi sampai membuahkan hasil perlu waktu dan proses.
Masalahnya dimana? Begini …
Mungkin saat Anda mengikuti pelatihan, membeli buku, dan sebagainya, sebenarnya Anda sudah yakin. Kemudian Anda mencoba menerapkan apa yang Anda pelajari. Namun hasil tidak juga kunjung datang dan keyakinan Anda mulai pudar. Termostat Anda kembali ke angka sebelumnya.
Yang perlu ada yakini adalah berubah itu langkah demi langkah. Anda bisa mengubah arah hidup secara instan, namun untuk mencapai perubahan itu perlu tahapan. Hasilnya akan Anda dapatkan akan membutuhkan waktu dan proses. Ingat itu, yakinilah.
Silahkan baca:
Berubah Itu Langkah Demi Langkah
Kegagalan Produk Informasi
Banyak produk informasi di luaran sana, dan sepertinya sangat laris. Biasanya, produk laris itu adalah produk-produk informasi yang menawarkan hasil yang menggiurkan. Misalnya bagaimana mendapatkan penghasilan Rp 100.000.000 per bulan. Biasanya laris. Serius.
Ada yang berhasil? Jelas saja ada. Anda bisa lihat di testimoninya. Saya percara itu. Saya tidak mau berburuk sangka dengan mengatakan itu bohong. Tentu saja kita harus cerdas, karena bisa jadi ada yang bohong, tetapi tidak semuanya.
Tapi, ada juga (atau banyak) yang gagal. Padahal mempelajari produk informasi yang sama. Mereka sama-sama ikut pelatihan, tetapi ada yang berhasil, ada yang gagal.
Mengapa ada yang gagal?
Orang yang berhasil adalah mereka yang sudah memiliki kapasitas diri yang besar. Sehingga saat mendapatkan teknik-teknik mahir, dia sudah siap. Berbeda dengan yang gagal, karena kapasitas diri yang kecil, sehebat apa pun teknik akan percuma.
Jika kapasitas wadah hanya satu cangkir, percuma pergi ke laut berharap satu ember air. Tetap saja satu cangkit.
Ya, saya katakan kegagalan produk informasi itu. Kurang lengkap, hanya membahas masalah teknis tetapi lupa untuk memperbesar kapasitas.
Jadi, penyebab sulit berubah yang kedua karena produk informasi tersebut tidak berhasil memperbesar kapasitas diri Anda. Pikiran Anda seperti sebuah wadah yang memiliki kapasitas tertentu. Sebuah cangkir tidak akan pernah bisa menampung air seember, sebanyak apa pun air yang dituangkan, hanya satu cangkir saja yang tersisa.
Hal ini bisa disebabkan karena produk informasi tersebut yang gagal memperbesar kapasitas Anda atau pikiran Anda yang begitu kaku sehingga tidak bisa diperbesar. Penyebab lain bisa juga pikiran Anda penuh dengan pikiran-pikiran negatif sehingga tidak ada lagi ruang untuk hal lain. Oleh karena itu, Anda perlu membersihkannya.
Tahukah Anda mengapa produk bisa gagal memperbesar kapasitas diri? Karena produk tersebut hanya fokus pada how to atau hanya masalah teknis. Produk itu hanya memberi petunjuk cara mengambil air yang banyak, tanpa memperbesar kapasitas penampung air tersebut.
Misalnya teknik marketing mutakhir saat ini tidak akan menolong Anda, jika kapasitas diri dan perusahaan Anda masih sangat kecil. Kapasitas itu wadah, letaknya ada di kepala Anda, yaitu mindset Anda.
Andalah Yang Bertanggung Jawab Memperbesar Kapasitas Diri
Namun kita tidak serta merta menyalahkan produk tersebut. Bisa jadi produk tersebut memang dirancang untuk orang yang sudah memiliki kapasitas diri yang memadai. Untuk itu, jika Anda ingin berubah, maka Andalah yang harus menambah kapasitas diri Anda.
Ya, bisa jadi akan membutuhkan waktu lama atau ebook yang tebal jika secara lengkap dibahas dalam satu produk. Anda yang seharusnya memperbesar kapasitas diri Anda.
Jangan hanya fokus mencari “cara” atau masalah teknis. Anda perlu belajar cara memperbesar kapasitas diri Anda. Anda tidak perlu menuntut atau marah kepada orang lain, karena perubahan itu mulai dari diri Anda. Kita tidak bisa menuntut kondisi berubah, sebab lebih penting mengubah diri sendiri. Silahkan baca: Cara Berubah Itu Mulai Dari Diri Sendiri
Kapasitas Diri Tergantung Kepercayaan Diri Anda
Sebenarnya, kapasitas diri Anda itu sangat besar. Sangat dahsyat. Allah telah memberikan potensi yang besar kepada kita. Namun seringkali kapasitas itu tidak bisa kita gunakan, sebab kita tidak mempercayainya. Anda harus percaya bahwa diri Anda memiliki kepasitas yang besar. Setelah Anda percaya, disanalah Anda akan mulai bisa mengoptimalkan potensi diri. Kita tidak akan mampu mengoptimalkan potensi diri, jika kita tidak percaya bahwa potensi itu ada.
Jadi, tingkatkan kepercayaan diri Anda, maka kapasitas diri Anda akan lebih besar sehingga mampu berubah, mampu meraih sukses yang lebih besar lagi.
The Confidence Secret adalah produk yang saya buat untuk merentangkan pikiran Anda. Untuk memperbesar kapasitas pikiran Anda. Sementara Beautiful Mind Power: Berpikir Positif Islami untuk membersihkan pikiran Anda dari pikiran kotor dan negatif sehingga muncullah pikiran yang bersih dan indah.
Jadi untuk berubah itu membutuhkan ilmu yang tepat dan usaha yang sungguh-sungguh dengan dasar mindset yang tepat dan kuat.
Insya Allah, Anda akan berubah!
kita mang perlu yakin, percaya diri dan berusaha
Betul apa yang disampaikan Pak Rahmat.
Sebanyak apapun buku pengembangan diri, buku cara-cara menjadi milyarder, atau buku-buku motivasi lainnya bahkan yang sangat aplikatif sekalipun kalau keyakinan kita sangat tipis atau tidak mempunyai keyakinan sama sekali terhadap apa yang kita baca maka pengetahuan yang telah kita dapatkan tidak memiliki efek.
Keyakinan adalah hal yang bersifat spiritual. Masih ingat hingar-bingar “BATU PONARI”? Bagaimana sebuah batu bisa “menyembuhkan” penyakit yang diderita seseorang hanya dengan minum air hasil celupan sebuah batu? Setidaknya demikian pengakuan beberapa orang yang berhasil sembuh dari penyakit yang dideritanya. Logika mana yang dapat mendukung bahwa sebuah batu bisa menjadi obat?
Sekali lagi bukan karena batu itu sendiri yang menyebabkan kesembuhan, namun keyakinan yang dimiliki orang yang sakit itulah yang menyebabkan dia sembuh. Ada pepatah Arab yang juga mendukung kebenaran di atas: “Yakinlah pada batu, maka kau akan sembuh”. Saya tidak memperluas hal ini menjadi polemik tentang musyrik atau tidak. Namun di negeri kita tercinta banyak fakta yang mendukung bahwa segelas air putih yang diberikan doa atasnya dapat menyembuhkan penyakit. Jadi, masalahnya terletak pada keyakinan. Para ahli pengembangan diri sepakat dengan pernyataan bahwa apa yang dipikirkan seseorang dan diyakininya maka itulah yang akan terjadi pada dirinya.
Kemudian mengenai kapasitas diri. Hal ini sangat erat kaitannya dengan keselarasan dengan hukum tarik menarik atau law of attraction yang sudah banyak dibuktikan oleh para pakar pengembangan diri. Hukum tarik-menarik juga sama dengan hukum menabur-menuai. Menabur kebaikan akan menuai kebaikan, demikian juga sebaliknya, menabur keburukan akan menuai keburukan. Kapasitas, niat, alur bahasa, isi serta kemampuan menjalin komunikasi dengan pembaca sangat menentukan berpengaruh atau tidaknya sebuah buku bagi pembacanya.
Menurut saya, siapapun kita teruslah untuk belajar. Kita telah diajarkan untuk menuntut ilmu sejak dari buaian sampai ke liang lahat (ketika nyawa sudah ditenggorokan). Belajar tidak mengenal kata akhir. Kisah Nabi Musa barangkali dapat menjadi ilham bagi kita untuk tidak pernah merasa cukup dalam belajar sehingga timbul perasaan bahwa kita sudah menjadi orang paling pintar. Itulah sebabnya akhirnya Nabi Musa yang merasa dirinya paling pintar ternyata harus berguru kepada Nabi Khidir.
Sepintar apapun seseorang, dia hanyalah setitik air dari luasnya samudra Ilmu Allah, ditambah lagi dengan tujuh samudra, ditambah lagi,lagi dan lagi karena Ilmu Allah tiada batasnya. Bersikap terbuka! Barangkali itulah sikap yang paling bijak, teruslah belajar sampai akhirnya tidak terasa kita telah sampai di puncak kebahagiaan sejati.
Salam sukses.
Muhtarom Abdullah
ini merupakan kali pertama gw berkunjung ke sini, thanks untuk artikelnya dan salam kenal.
Saya juga pernah mendapatkan eMail seperti itu kok pak….makanya saya baca artikel ini..hehe
Sukarnya berubah kerana perubahan adalah kita melakukan sesuatu di luar kebiasaan. Maka untuk membentuk lingkungan sesuatu yang tidak biasa menjadi kebiasaan sudah pasti memerlukan masa. Jika tidak ada keazaman dan istiqamah bukan mudah untuk berjaya.
terkadang kita sulit untuk suatu perubahan, ta[i itulah tantangan buat kita agar kita lebih baik dan baik lagi, semoga kita semua dapat berubah dari negatif ke positif.
sama seperti saya yang sulit berubah. padahal saya sudah menonton motivasi membaca cerita motivasi mencari banyak ilmu tapi tetep gk berubah. Perubahannya hanya terjadi beberapa saat ( 1 hari ) keesokan harinya saya kembali seperti sebelum menonton motivasi membaca cerita motivasi mencari banyak ilmu.
Terima kasih banyak artikelnya..
Hmmmmmm ada benarnya juga nih, thanx advicenya mas bro
Artikel ini sangat membantu
Karna banyak dari kita yang sangat sulit untuk berubah, padahal peubahan itu didasari oleh kepercayaan diri kita sendiri.
Seberapa mungkin anda bisa berubah itu semua tergantung diri anda sendiri, karna perubahan adalah tanggung jawab diri sendiri, dan semua org memiliki tanggung jawab untuk memperbaiki dirinya masing-masing.
Saya sendiri mengalami masa tersebut dimana kita harus berubah ke arah yg lebih baik dengan cara keluar dari zona nyaman kita, mungkin kita akan gagal tapi semua pasti berujung indah , bukan kah ALLAH juga telah menjanjikan ” bersama kesulitan pasti datang kemudahan” dan juga ALLAH tidak menguji hambanya melebihi batasan. Jadi berubahlah menjadi org yg lebih baik selagi kesempatan masih terbentang luas.
Asalamualaikum ,pak Rahmat selamat sore, maaf nh pak saya mau minta izin mencatet artikel2 bpk di buku.