Urgensi Berpikir
Berpikir adalah pekerjaan kita sehari-hari. Namun sayangnya, kebanyakan manusia hanya menggunakan sedikit sekali potensi berpikir. Padahal berpikir adalah kunci menuju sukses dan kebahagiaan. Bahkan, masih banyak orang yang belum mengerti proses berpikir tersebut. Dalam Al Quran, ada banyak kata yang kita artikan berpikir. Mengapa banyak? Karena memang masing-masing memiliki makna dan proses yang berbeda. Sejauh mana kita mengetahui cara berpikir? Jika caranya saja kita belum mengerti, bagaimana kita bisa melakukannya? Dan, kenapa harus report memikirkan tentang berpikir?
Berpikir adalah menghadirkan dua pengetahuan untuk mendapatkan pengetahuan ketiga. Disebut tafakkur karena dalam semua proses itu menggunakan dan menghadirkan pikiran. Namun, berpikir tidak hanya disebut dengan istilah tafakur saja, masih ada istilah lain yang perlu kita fahami masing-masing agar kita mampu berpikir lebih baik dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kita.
- Dan, disebut tadzakkur karena menghadirkan ilmu yang harus diingat-ingat setelah terlupa dan hilang.
- Disebut nadhar karena melihat dengan mata hati pada hal yang dipikirkan.
- Adapun disebut ta’ammul karena mengulang-ulang pikiran sampai terlihat jelas dan terbuka bagi hatinya.
- Sementara itu, disebut i’tibar (wazan ifti’al dari kata ‘ubur yang berarti menyeberangi) karena dia menyeberang dari suatu hal ke hal yang lain; dia menyeberang dari hal yang dipikirkannya menuju ke pengetahuan ketiga. Yang disebut dengan pengetahuan ketiga ini adalah tujuan dalam i’tibar itu.
- Oleh karenanya, hal itu pun disebut sebagai ‘ibrah. Kata Ibrah mengikuti wazan isim haal seperti kata jalsah, rikbah dan qitlah. Ini untuk menunjukkan bahwa ilmu dan pengetahuan telah menjadi haal (karakter) bagi pemiliknya.
- Disebut tadabbur karena merupakan perenungan tentang akibat dan akhir suatu perkara.Jadi, arti mentadaburi suatu kalimat adalah memikirkannya dari bagian awal sampai akhir, kemudian mengulang-ulangi perenungannya. Oleh karena itu, bentuknya mengikuti wazan tafaa’ul, seperti tajarru’, tafahhum, dan tabayyun.
- Dan disebut istibshar, wazan istif’al dari kata tabasshur yang berarti jelas dan tersingkapnya sesuatu hal di depan bashirah (mata hati).
Baik tadzakkur maupun tafakkur punya faedah masing-masing. Tadzakkur berarti hati mengulang-ulang apa yang diketahuinya agar tertanam dengan kuat di dalamnya, sehingga tidak terhapus dan pudar dari dalam hati secara keseluruhan. Adapun tafakur berarti memperbanyak ilmu dan mencari apa yang belum ada di hati. Jadi tafakur itu gunanya mencari ilmu dan tadzakkur berguna untuk menjaganya.
Jadi, tafakkur dan tadzakkur adalah benih ilmu. Saling bertanya adalah siramannya, dan mudzakarah adalah pembuahannya.
Kebaikan dan kebahagiaan itu tersimpan di dalam sebuah gudang, kuncinya adalah tafakkur. Jadi harus ada tafakkur dan ilmu. Apabila dari proses itu kemudian hati memperoleh ilmu, maka setiap orang yang melakukan suatu hal yang baik atau buruk pasti ada satu kondisi di hatinya yang terwarnai oleh ilmunya. Kondisi itu melahirkan iradah (kehendak), dan iradah melahirkan amal.
Sampai di sini ada lima hal:
- berpikir,
- buahnya, yaitu ilmu,
- buah dari keduanya, yaitu keadaan yang terwujud bagi hati,
- buah yang ditimbulkannya, yaitu iradah, dan
- buah iradah, yaitu amal.
Dengan demikian, ilmu adalah titik permulaan dan kunci segala kebaikan.
Hal ini tentu membuktikan keutamaan dan kemuliaan tafakkur. Hal itu juga membuktikan bahwa tafakkur tergolong amal hati yang paling utama dan paling bermanfaat bagi hati itu sendiri; sampai dikatakan, “Tafakkur sesaat lebih baik dari ibadah setahun.” Hanya berpikir yang dapat mengubah seseorang dari matinya kecerdasan kepada hidupnya kesadaran, dari kebencian kepada cinta, dari rakus dan tamak menjadi zuhud dan qana’ah, dari penjara dunia ke cakrawala akhirat, dari sempitnya kebodohan ke lapangnya ilmu, dari penyakit syahwat dan cinta kehidupan fana ini ke sehatnya taobat kepada Allah dan mengesampingkan dunia, dari musibah buta, tuli, dan bisu ke nikmat melihat, mendengar, dan paham tentang Allah. Juga dari penyakit-penyakit syubhat (keraguan) ke sejuknya keyakinan dan tenteramnya dada.
[Sumber: Kunci Kebahagiaan, karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Penerbit Akbar Media Aksara]
Mudah-mudahan kita menjadi umat yang mau berpikir dengan sebaik-baiknya sehingga bisa mendapatkan manfaatnya yang luar biasa.
Kunjungi Juga:

Pikiran kita mengakses kepada 2 alam, yaitu alam sadar dan alam bawah sadar. Ketika kita terjaga, pikiran kita mengakses alam sadar. Ketika kita tertidur, pikiran akan mengakses alam bawah sadar. Penelitian membuktikan bahwa justru alam bawah sadar berperan antara 80-90 % arah hidup kita. Jadi, berhati-hatilah sebelum tidur, karena walaupun fisik kita tidur, tapi pikiran kita tetap bekerja (dalam alam bawah sadar). Saya jadi teringat dengan sebuah buku fenomenal yang berjudul “The Secret”, di mana dalam buku itu dinyatakan bahwa “pikiran kita adalah antena pemancar yang paling hebat dibandingkan dengan antena tv atau radio terhebat yang pernah ada sekalipun”. Apa yang dapat diminta oleh pikiran kita, yang tentu saja apa yang ada di alam ini. Buku ini juga terkenal dengan “Law of attraction”. Penggunaan “Law of Attraction” dapat dianalogikan dengan menanam. Jika kita menanam padi, pasti tumbuh padi. Jika kita menanam lombok, pasti tumbuh lombok. Jika kita tidak menanam apa-apa, maka justru yang akan tumbyh adalah semak, belukar, dan rumput liar. Jadi, jika kita menggunakan pikiran kita untuk meminta dan berpikir hal yang baik, hal yang baik akan secara ajaib akan menghampiri kita (entah dari mana datangnya, tapi tentu yang jelas atas seijin Tuhan). Jika kita menggunakan pikiran kita untuk meminta dan berpikir hal yang buruk, maka keburukan pasti akan menghampiri kita. Tapi, jika kita tidak menggunakan pikiran kita sama sekali, justru hal-hal tak terduga (biasanya keburukan) akan tiba-tiba hadir dalam hidup kita. Pak Rahmat, saya adalah pengagum tulisan-tulisan anda. Saya adalah seorang blogger baru dari Surabaya. Senang rasanya jika Pak Rahmat berkenan untuk berkunjung ke blog saya karena saya memiliki kejutan khusus untuk Bapak. Salam kenal untuk Pak Rahmat dan teman-teman semua.
makasih banget taz masukan na sob…
cerdas sebetulnya bukan dilihat dari bagaimana cara berpikir saja, tetapi lebih ke bagaimana mengaplikasikan buah pikir itu dengan melakukannya dan menjadi bermanfaat bagi orang lain, terkadang sebagian orang masih bingung bagaimana mengamalkan hasil proses berpikir kita supaya menjadi sebuah objek/produk yang di gemari banyak orang ? ….
Itulah kelebihan manusia sesungguhnya dan membedakan kita dengan makhluk lainnya. Allah swt juga sering kali mengingatkan kita dalam Al-Qur’an agar kita memaksimalkan kinerja akal kita guna melihat kebesaran-Nya. Dan pernahkah kalian mendengar kalimat yang dikatakan oleh seorang tokoh filosof dahulu, yaitu Rene Descartes yang mengucapkan istilah “cogito ergo sum”, artinya; “saya berpikir, maka saya ada”. Oleh karena itu,pikiran merupakan sebab keberadaan kita hidup di dunia. So, pikiran adalah modal yang sangat besar dan tak ternilai harganya untuk mengubah dunia menjadi lebih baik.
hanya orang matiyag nga berfikir…bahkan orang gila skalipun masih berfikir….cuma masalahnya berfikir untuk siapa ,untuk apa…?????klo hanya utk pribadi sendiri.dan merugikan orang lain mending nga usah berfikir…salam hormat n salam kenal…