Makna Hidup Sejati Menurut Islam Mengungkap Tujuan Abadi di Balik Dunia Fana
Pertanyaan fundamental tentang makna hidup kerap menghantui, namun jawaban yang benar seringkali luput di tengah hiruk-pikuk pencarian. Artikel ini akan membawa Anda menyelami hakikat hidup menurut Al-Quran, membongkar kesalahan umum dan menyingkap empat pilar utama tujuan eksistensi manusia, agar setiap langkah di dunia fana ini membawa Anda menuju kebahagiaan abadi di akhirat.
Dalam perjalanan panjang eksistensi manusia, pertanyaan fundamental mengenai “apa itu hidup?” atau “mengapa kita ada?” telah selalu menghantui pikiran banyak orang. Pertanyaan ini, tentang mencari makna hidup, menjadi salah satu bahasan sentral yang sering diangkat oleh para pembicara motivasi di berbagai platform. Mereka begitu gigih menekankan betapa pentingnya bagi setiap individu untuk mengetahui arti hidup yang sebenarnya. Keyakinan mereka adalah bahwa dengan memahami tujuan hidup, seseorang dapat menjalani hari-hari yang lebih bermakna, penuh semangat, dan termotivasi untuk mencapai berbagai target pribadi. Sesi-sesi pelatihan khusus bahkan dirancang untuk membimbing peserta dalam menemukan makna hidup pribadi mereka, seringkali dengan metode-metode introspeksi dan penentuan tujuan jangka pendek maupun panjang.
Namun, di tengah hiruk-pikuk pencarian makna ini, adakah sesuatu yang mungkin terlewat atau bahkan keliru? Apakah semua metode dan pendekatan yang ditawarkan benar-benar mampu mengantarkan kita pada hakikat hidup yang sejati, atau justru berisiko menyesatkan?
Konsep yang mendasari pertanyaan ini sangatlah penting: hidup kita di dunia fana ini, dengan segala pilihan, tindakan, dan pemaknaannya, pada akhirnya akan menentukan kualitas kehidupan kita di akhirat yang abadi. Ini berarti bahwa kita tidak bisa sembarangan dalam menentukan makna hidup berdasarkan konsep-konsep yang asal-usulnya tidak jelas, atau yang hanya berorientasi pada kesuksesan material dan kepuasan ego semata. Jika kita keliru dalam memaknai hidup ini, kemudian kita menjalani kehidupan kita berdasarkan pemahaman yang salah tersebut, maka sudah dapat ditebak ke arah mana tujuan akhir perjalanan kita. Bagaimana nasib kita nanti di hadapan Sang Pencipta di hari perhitungan?
Mencari makna hidup adalah sebuah perkara yang amat serius, bukan sekadar main-main atau aktivitas pengisi waktu luang. Tidak ada pemisahan parsial yang membedakan urusan dunia dan urusan akhirat secara mutlak dalam pandangan yang komprehensif. Justru sebaliknya, hidup dunia ini adalah jembatan, sebuah penentu yang akan mengukir nasib kita di akhirat. Setiap hembusan napas, setiap langkah, setiap keputusan yang kita ambil di dunia ini memiliki implikasi besar terhadap kehidupan kita yang kekal.
Mungkin, dengan beragam metode mutakhir yang ditawarkan oleh pakar-pakar motivasi kontemporer, kita akan berhasil menemukan berbagai cara dan tujuan hidup yang terasa memberdayakan. Kita mungkin merasa lebih produktif, lebih termotivasi, dan bahkan mencapai kesuksesan materi yang luar biasa di dunia ini. Namun, kesuksesan duniawi semacam itu akan kehilangan segala artinya dan menjadi hampa belaka jika pada akhirnya kita justru menjadi manusia yang gagal di akhirat. Jika kita hanya fokus pada kesenangan dunia yang fana tanpa mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati, maka semua pencapaian itu hanyalah ilusi semata. Mitos tentang sukses yang sering digaungkan di dunia ini kerap kali mengabaikan dimensi spiritual dan akhirat, padahal itulah inti dari kehidupan yang sesungguhnya.
Dengan demikian, mencari makna hidup adalah sebuah titik kritis yang tidak boleh salah. Ini akan menentukan seluruh arah dan kualitas hidup Anda, baik di dunia yang sementara ini maupun di akhirat yang kekal. Ulama terkemuka dalam sejarah Islam, seperti Imam Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, dalam karya-karya monumentalnya seperti Ihya’ ‘Ulum al-Din, seringkali memperingatkan akan bahaya pemahaman hidup yang dangkal atau keliru. Ia menganggapnya sebagai kesalahan fatal yang dapat merugikan kebahagiaan abadi seseorang, menyerukan pentingnya esensi kehidupan yang mendalam dan berorientasi akhirat.
Mencari Makna Hidup Yang Benar
Untuk menemukan makna hidup yang benar dan autentik, maka kita perlu merujuk kepada sumber yang dijamin kebenarannya secara mutlak, yang tiada lain adalah Al-Quran. Al-Quran merupakan firman Allah Subhaanahu Wa Ta’ala, Dzat Yang Maha Menghidupkan semua manusia dan seluruh alam semesta. Tentu saja, Allah Subhaanahu Wa Ta’ala adalah Dzat yang paling mengetahui tentang penciptaan dan tujuan hidup kita, termasuk makna hidup kita yang sejati. Sebagai Pencipta, Dia-lah yang paling tahu ‘manual book’ kehidupan yang sempurna.
Dalam konteks modern, mungkin muncul pertanyaan: “Bolehkah kita mencari makna hidup di bawah bimbingan seorang motivator?” Tentu saja boleh, jika motivator tersebut juga merujuk kepada Al-Quran dan Hadits sebagai dasar utama ajarannya. Namun, jika rujukan utamanya bukan dari Al-Quran dan Hadits, melainkan hanya dari konsep-konsep filosofi barat, psikologi sekuler, atau pengalaman pribadi semata yang tidak disaring melalui kacamata syariat, maka kita perlu memikirkannya lagi dengan sangat serius. Pendekatan motivasi Islami yang benar akan selalu mendasarkan ajarannya pada prinsip-prinsip Ilahi, bukan semata-mata pada keberhasilan duniawi.
Adakah kebenaran universal yang berlaku bagi semua manusia, tanpa memandang ras, budaya, atau zaman? Ya, tentu saja ada. Kebenaran universal itu adalah Al-Quran itu sendiri. Namun, perlu diakui bahwa ada sebagian orang yang mungkin tidak bersedia mengikuti petunjuk Al Quran ini, sehingga mereka mencoba untuk menciptakan “kebenaran baru” yang lebih sesuai dengan pandangan dan keinginan pribadi mereka. Ini adalah masalah mendasar yang berkaitan dengan keimanan, perbedaan fundamental antara orang yang beriman kepada Allah dan kitab-kitab-Nya dengan orang yang tidak. Jika Anda adalah orang yang beriman, maka sudah semestinya Anda akan menerima dengan sepenuh hati bahwa Al-Quran adalah sumber kebenaran sejati yang mutlak, bukan yang lain. Dalam konsep hidup Islam, Al-Quran adalah fondasi utama.
Untuk itu, dalam mencari makna hidup, kita harus memulai dengan bertanya: “Apa itu hidup menurut Al-Quran?” Pertanyaan ini akan membawa kita pada sebuah perjalanan spiritual dan intelektual yang mendalam. Silakan baca dan gali kandungan Al-Quran dengan penuh ketulusan. Silakan meminta bimbingan dari ulama tafsir yang memahami secara mendalam seluk-beluk Al-Quran dan As-Sunnah. Silakan baca kitab-kitab tafsir Al-Quran yang telah ditulis oleh para ulama terpercaya dan memiliki otoritas keilmuan yang diakui umat. Ini adalah langkah krusial untuk menemukan makna hidup dalam Al Quran yang otentik.
Lalu Apa Makna Hidup Menurut Al Quran?
Seperti yang telah ditekankan, Anda bisa mendalami Al-Quran sendiri atau dengan bimbingan ulama tafsir untuk menemukan makna hidup yang sebenarnya. Makna hidup menurut Islam adalah sebuah konsep hidup Islam yang komprehensif, bukan sekadar definisi tunggal. Berikut adalah beberapa pemahaman inti tentang makna hidup menurut Al Quran yang menjadi pondasi bagi setiap Muslim:
Pertama: Hidup Adalah Ibadah
Pada intinya, arti hidup dalam Islam ialah ibadah. Keberadaan kita di dunia ini tiada lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala. Ini adalah tujuan hidup utama manusia. Makna ibadah yang dimaksud tentu saja adalah pengertian ibadah yang luas dan benar, bukan berarti hanya terbatas pada shalat, puasa, zakat, dan haji saja. Lebih dari itu, ibadah mencakup setiap aspek kehidupan kita, asalkan diniatkan karena Allah, dilakukan sesuai syariat Islam, dan membawa kebaikan. Mulai dari bekerja mencari nafkah yang halal, berinteraksi dengan sesama, belajar, bahkan tidur, semua bisa bernilai ibadah jika diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan sesuai dengan tuntunan-Nya. Ini adalah inti dari esensi kehidupan seorang Muslim.
Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Al-Quran:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS Adz-Dzariyat: 56)
Ayat ini secara eksplisit menegaskan hakikat hidup manusia adalah untuk beribadah. Ini bukan hanya kewajiban, melainkan sebuah kehormatan dan tujuan hidup tertinggi yang memberi arah pada seluruh eksistensi kita.
Kedua: Hidup Adalah Ujian
Setelah memahami bahwa hidup adalah ibadah, kita juga harus menyadari bahwa hidup adalah ujian. Allah Subhaanahu Wa Ta’ala menciptakan kehidupan ini dengan tujuan menguji manusia, untuk melihat siapa di antara kita yang paling baik amalnya. Setiap situasi, baik kebahagiaan maupun kesedihan, kesuksesan maupun kegagalan, kelapangan maupun kesempitan, semuanya adalah bentuk ujian dari Allah.
Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman dalam QS Al-Mulk [67]: 2 yang terjemahnya:
”(ALLAH) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Ayat ini secara gamblang menjelaskan salah satu makna hidup yang paling mendasar: ia adalah arena ujian. Ujian ini dirancang untuk menyingkap kualitas iman, kesabaran, dan syukur seseorang. Allah akan menguji manusia melalui berbagai hal, sebagaimana disebutkan dalam QS Al-Baqarah [2]:155-156:
“dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.”
Ayat ini merinci bentuk-bentuk ujian yang mungkin menimpa kita: ketakutan akan masa depan, kelaparan akibat kesulitan ekonomi, kekurangan harta benda, kehilangan orang-orang terkasih, hingga kegagalan dalam usaha atau panen. Dalam menghadapi semua ini, kuncinya adalah sabar dalam menghadapi cobaan. Orang-orang yang sabar, yang menyadari bahwa mereka berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya, merekalah yang dijanjikan kabar gembira.
Ketiga: Kehidupan di Akhirat Lebih Baik dibanding Kehidupan di Dunia
Sebuah pemahaman krusial dalam makna hidup menurut Al Quran adalah bahwa kebaikan akhirat jauh lebih utama dan abadi dibandingkan dengan segala kesenangan dunia yang bersifat sementara. Manusia cenderung mencintai apa yang diinginkan oleh hawa nafsunya, seperti harta, keluarga, dan status sosial. Namun, Al-Quran mengingatkan bahwa semua itu hanyalah perhiasan hidup dunia yang fana, dan tempat kembali yang terbaik adalah di sisi Allah, yaitu surga.
Dalam QS Ali ‘Imran [3]:14, Allah berfirman:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).“
Ayat ini tidak melarang kita untuk menikmati hal-hal tersebut, tetapi mengingatkan bahwa semua itu adalah hidup sementara, sebuah hiburan semata. Fokus utama harus tetap pada kebaikan akhirat. Lebih lanjut, QS Adh-Dhuha [93]:4 menegaskan:
“Dan sesungguhnya hari kemudian (akhirat) itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).”
Ini adalah pengingat kuat bahwa setiap pilihan dan tindakan di dunia ini harus selalu dipertimbangkan dampaknya terhadap kehidupan abadi. Prioritas harus selalu diberikan kepada apa yang akan membawa manfaat di akhirat, bahkan jika itu berarti mengorbankan sebagian kecil kesenangan dunia.
Keempat: Hidup Adalah Sementara
Poin terakhir yang sangat penting dalam makna hidup dalam Al Quran adalah kesadaran bahwa hidup sementara di dunia ini. Kematian adalah sebuah kepastian yang akan menghampiri setiap jiwa, tanpa terkecuali. Realitas ini seharusnya memotivasi kita untuk tidak terlena dalam kesenangan duniawi dan untuk selalu mempersiapkan diri menghadapi akhirat.
Dalam QS Al-Mu’min [40]:39, Allah berfirman:
“Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.“
Ayat ini secara jelas menyatakan bahwa hidup di dunia hanyalah fatamorgana yang cepat berlalu, sedangkan akhirat adalah realitas abadi yang kekal. Dengan pemahaman ini, kita seharusnya tidak menyia-nyiakan waktu yang terbatas ini. Kemudian, QS Al-Anbiyaa [21]:35 menambah penegasan:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.“
Ayat ini mengikat kembali konsep hidup adalah ujian dengan realitas bahwa hidup ini hidup sementara. Kematian adalah gerbang menuju pertanggungjawaban atas semua ujian yang telah kita lalui. Kesadaran akan kefanaan ini seharusnya menjadi pendorong utama untuk beramal sungguh-sungguh dan memaksimalkan setiap detik yang diberikan.
Agar Hidup Lebih Bermakna
Setelah Anda memahami secara mendalam makna hidup yang bersumber dari Al Quran, maka langkah selanjutnya yang paling krusial ialah menyelaraskan seluruh aspek kehidupan Anda dengan makna-makna tersebut. Inilah kunci utama yang akan menjadikan hidup kita lebih bermakna secara hakiki, bukan hanya di mata manusia melainkan juga di hadapan Allah. Jika kita salah dalam memaknai hidup, atau tidak menyelaraskan tindakan kita dengan makna yang benar, maka apa esensi dan tujuan sejati yang bisa kita dapatkan dari hidup sementara ini?
Menyelaraskan konsep hidup Islam dengan makna hidup yang telah dijelaskan di atas dapat dilakukan dengan cara-cara praktis sebagai berikut:
-
Jika hidup adalah ibadah, maka pastikan semua aktivitas kita adalah ibadah.
Ini adalah inti dari tujuan hidup. Caranya ialah dengan dua hal utama. Pertama, selalu meniatkan setiap aktivitas yang kita lakukan untuk ibadah, yaitu semata-mata karena Allah Subhaanahu Wa Ta’ala dan untuk mencari keridhaan-Nya. Niat ini harus selalu diperbaharui setiap saat, karena niat bisa bergeser dan berubah seiring waktu dan godaan. Kedua, pastikan apa yang kita lakukan sesuai dengan tuntunan syariat, baik itu ibadah mahdhah (ritual khusus seperti shalat) maupun ghair mahdhah (aktivitas umum sehari-hari yang tidak dilarang oleh syariat Islam). Misalnya, bekerja keras mencari nafkah halal diniatkan untuk memberi makan keluarga dan menghindari meminta-minta, sehingga menjadi amal sholeh. Belajar menuntut ilmu diniatkan untuk berkhidmat kepada umat dan mendekatkan diri kepada Allah. Dengan demikian, seluruh esensi kehidupan kita akan terbingkai dalam bingkai ibadah.
-
Jika hidup adalah ujian, maka tidak ada cara lain menyelaraskan hidup kita, yaitu menjalani hidup dengan penuh kesabaran dan ketabahan.
Setiap musibah, cobaan, atau kesulitan yang datang adalah kesempatan bagi kita untuk membuktikan keimanan dan kualitas amal sholeh kita. Sabar dalam menghadapi cobaan bukan berarti pasif menerima, melainkan aktif mencari solusi sambil tetap berserah diri kepada Allah. Ini juga termasuk bersyukur atas nikmat yang diberikan, karena nikmat pun adalah ujian apakah kita akan menggunakannya di jalan Allah atau menyalahgunakannya. Kesabaran juga berarti tidak berputus asa dari rahmat Allah, terus berdoa, dan yakin bahwa setiap ujian pasti ada hikmahnya. Kesabaran adalah pilar utama dalam menjalani hidup bermakna.
-
Jika kehidupan akhirat itu lebih baik, maka kita harus memprioritaskan kebaikan akhirat.
Prioritas ini bukan berarti kita meninggalkan hidup dunia secara total dan menjadi pertapa. Islam adalah agama yang seimbang. Memprioritaskan akhirat berarti menjadikan hidup dunia sebagai ladang dan bekal untuk menuju akhirat. Kita berusaha untuk mewujudkan impian dan tujuan duniawi kita, tetapi dengan cara yang halal dan tidak melalaikan kewajiban kepada Allah. Harta yang kita miliki digunakan untuk sedekah, zakat, membantu sesama, dan berbagai bentuk amal sholeh lainnya. Waktu dan tenaga kita manfaatkan untuk hal-hal yang bermanfaat dunia dan akhirat. Kesenangan dunia yang kita dapatkan adalah sarana untuk memperkuat diri dalam beribadah, bukan menjadi tujuan akhir. Ini adalah konsep hidup Islam yang ideal.
-
Jika hidup ini adalah sementara, maka perlu kesungguhan (ihsan) dalam beramal.
Kesadaran akan singkatnya hidup sementara harus memantik semangat kita untuk beramal sungguh-sungguh dan berkualitas. Tidak ada lagi waktu untuk santai berlebihan, mengandai-ngandai tanpa tindakan nyata, panjangan angan-angan yang melalaikan, apalagi bermalas-malasan. Kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput. Oleh karena itu, bergeraklah sekarang, bertindaklah sekarang, dan berlomba-lombalah dalam segala bentuk kebaikan. Setiap detik adalah peluang untuk menabung amal sholeh dan mempersiapkan diri untuk pertemuan dengan Allah. Hakikat hidup yang singkat ini seharusnya menjadi cambuk bagi kita untuk tidak menunda-nunda kebaikan.
Sesungguhnya, apa yang ada dalam Al-Quran adalah petunjuk Al Quran yang tidak diragukan lagi kebenarannya. Jika ada kesalahan atau kekeliruan dalam penyampaian dan pemahaman saya pribadi dalam artikel ini, maka itu datang dari keterbatasan dan kekurangan saya sebagai manusia. Mudah-mudahan, usaha kita bersama untuk memahami makna hidup yang sejati ini dapat menjadikan hidup kita lebih bermakna, mendapatkan ridha Allah, dan membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat.
FAQ: Pertanyaan Umum tentang Mencari Makna Hidup
Apa makna hidup menurut Islam?
Makna hidup menurut Islam sangatlah komprehensif dan berlandaskan pada Al-Quran serta Hadits. Secara ringkas, ada empat pilar utama: Pertama, hidup adalah ibadah, di mana seluruh keberadaan manusia adalah untuk menyembah dan mengabdi kepada Allah. Kedua, hidup adalah ujian, di mana setiap situasi dan kejadian, baik kebaikan maupun kesulitan, adalah cobaan dari Allah untuk melihat kualitas amal dan kesabaran hamba-Nya. Ketiga, kehidupan di akhirat itu lebih baik dan kekal dibandingkan dengan hidup di dunia yang fana ini, sehingga akhirat harus menjadi prioritas utama. Keempat, hidup ini adalah sementara, sebuah perjalanan singkat yang menuntut kesungguhan dalam beramal sholeh untuk bekal menuju keabadian. Keseluruhan konsep hidup Islam ini membentuk tujuan hidup yang jelas dan mendalam.
Mengapa mencari makna hidup itu penting?
Mencari makna hidup itu penting karena ini adalah titik krusial yang akan menentukan arah seluruh perjalanan hidup seseorang, baik di dunia maupun di akhirat. Tanpa pemahaman yang benar tentang arti hidup, seseorang cenderung akan menjalani hidup tanpa arah yang jelas, mudah tersesat oleh kesenangan dunia yang menipu, dan berisiko salah dalam mengambil keputusan-keputusan vital. Pemahaman hakikat hidup yang benar akan memberikan motivasi intrinsik, ketenangan jiwa, dan kekuatan untuk sabar dalam menghadapi cobaan, serta menuntun pada amal sholeh yang bermanfaat. Pada akhirnya, ini adalah persiapan untuk kehidupan setelah mati, memastikan kesuksesan abadi di akhirat, bukan sekadar mitos tentang sukses duniawi yang fana.
Bagaimana cara menjadikan hidup lebih bermakna?
Cara menjadikan hidup lebih bermakna adalah dengan menyelaraskan setiap aspek kehidupan kita dengan makna hidup yang telah diajarkan oleh Al Quran. Ini meliputi:
- Menjadikan setiap aktivitas sebagai ibadah: Niatkan setiap tindakan untuk mencari ridha Allah dan pastikan sesuai dengan syariat Islam.
- Menjalani hidup dengan kesabaran: Hadapi setiap ujian dan cobaan dengan ketabahan, syukur, dan selalu berpegang pada keyakinan bahwa Allah bersama orang-orang yang sabar.
- Memprioritaskan akhirat: Gunakan hidup dunia ini sebagai jembatan dan bekal untuk kebaikan akhirat, bukan sebagai tujuan akhir.
- Beramal sungguh-sungguh: Sadari bahwa hidup sementara, sehingga setiap kesempatan untuk amal sholeh harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya tanpa menunda-nunda.
Ini adalah konsep hidup Islam yang menuntun menuju keberkahan.
Apa saja makna hidup menurut Al Quran?
Menurut Al Quran, ada empat makna hidup inti yang harus dipahami oleh setiap Muslim:
- Hidup Adalah Ibadah: Manusia dan jin diciptakan semata-mata untuk menyembah Allah Subhaanahu Wa Ta’ala (QS Adz-Dzariyat: 56).
- Hidup Adalah Ujian: Allah menjadikan hidup dan mati untuk menguji siapa di antara manusia yang paling baik amalnya (QS Al-Mulk: 2), dengan berbagai bentuk cobaan (QS Al-Baqarah: 155-156).
- Kehidupan di Akhirat Lebih Baik dibanding Kehidupan di Dunia: Segala kesenangan dunia bersifat fana dan tempat kembali yang terbaik adalah di sisi Allah (QS Ali ‘Imran: 14; QS Adh-Dhuha: 4).
- Hidup Adalah Sementara: Hidup di dunia ini hanyalah kesenangan sesaat, sedangkan akhirat adalah negeri yang kekal, dan setiap jiwa pasti akan merasakan mati (QS Al-Mu’min: 39; QS Al-Anbiyaa: 35).
Pemahaman ini adalah fondasi dari makna hidup dalam Al Quran.
Apakah hidup di dunia hanya sementara?
Ya, menurut Al Quran dan ajaran Islam, hidup di dunia hanya sementara. Allah Subhaanahu Wa Ta’ala dengan tegas menyatakan dalam QS Al-Mu’min [40]:39, “Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” Setiap jiwa pasti akan merasakan mati, sebagaimana disebutkan dalam QS Al-Anbiyaa [21]:35. Kesadaran akan kefanaan ini bukan untuk membuat kita putus asa, melainkan untuk memotivasi kita agar tidak terlena oleh kesenangan dunia dan untuk beramal sungguh-sungguh sebagai bekal menuju kehidupan abadi di akhirat.
Bbbeeeruntung sekali jumpa disini… Assalamu alaikum. Wr. Wb.
artikel oke,,, cock dengan saya
Alhamdulillah menyadarkan dan mencerahkan, semoga Alloh SWT merahmati kita semua…
wah menarik sekali artikelnya pak; thx for sharing.
Benar kadang biasanya orang sering lupa akan makna hidup didunia ini, yang memang hanya sementara.
Thx for this,
salam,
Eko Andrianto
Artikel yg sangat menarik, simple tapi sangat jelas…TOP. Terima kasih.
Menarik….sy selalu mencari arti dr kehidupan sy…rasax selalu sendiri meski dlm keramaian..hampaa…skg, sy akan fokus utk kehidupan disana smoga lebih baik dr skg….ty
Iya bnr tuh, kadang saya merasakan sama seperti yang dirasakan anda, kadang kita merasa sendirian walaupun ditempat ramai.
Semua itu datangnya dari hati nurani kita yang kosong dan sepi.
ya begitulah hidup ini kawan,. Hidup ini penuh dengan pilihan.
Semua itu kembali kpd diri sendiri.
Bagaimana kita mampu memilih jalan hidup yang benar.
Dan 1 hal yang saya percayai, allah swt sangat-sangat adil pada umat.y.
Sangat bagus..
Sangat membantu mental saya saat ini. Yg uda down sekian lama.
Makasih broo!!
alhamdulillah. menyadarkan saya kembali makna hidup saya.
Alhamdulillah.. Sungguh mencerahkan dan menyadarkan saya. Terimakasih Pak.
Alhamdulillah. Semoga hidup ini lebih bermakna
Alhamdulillah ada dan mendapat masukkan sbg rambu kehidupan menuju kampung abadi yang selama-lamanya untuk menghadap Allohu Robby
Artikelnya menginspirasi. Terima kasih.
semoga hidupku jauh lebih baik,
Alhamdulillah…
Alhamdulillah…….
alhamdulillah,ini sangat menambah wawasan,
Sungguh luar biasa…. Minta izin di share ya…?
cocok bgetZzz artikel.a Buat di jadikan pedoman hidup…Thanks…..TOP BGT.
Subhanallah, sangat tercerahkan. Terus lah membagikan tulisan-tulisan yang sangat bermanfaat seperti ini pak, mudah²an bapak selalu dalam lindungan Allah swt.
Aaamiin
Saya sangat beruntung bertemu dg artikel ini,terimakasih bnyak bpak,. Smoga bpak sll dlm karunia Allah,. Izin share bpak,smoga bnyak pembca yg termotivasi,.
terima kasih banyak ya artikel bapak memberi muhasabah buat saya 24 tahun masih mencari makna hidup hingga kini.. bapak doakan saya ya.. masih rasa kosong..
terima kasih banyak ya artikel bapak memberi muhasabah buat saya 24 tahun masih mencari makna hidup hingga kini.. bapak doakan saya ya.. masih rasa kosong..
Assalamu’alaikum Pak…Sya mau tanya,,,Sebgai seorang peljr,Saya berngkt pagi dan pulang sore,,Juga disibukkan dengan urusan dunia,malamny mngrjkn tugas dri skolah.Trus,bgaimn agar kita slalu dekat dengan Allah dan memaknai hidup,sdngkn kehidpn sya sgt monoton sekali.Mohon Bantuannya….Trims
Wassalamu’alaikum
wa’alaikum salam. Kunci utama jangan lewatkan ibadah wajib. Kemudian iringi setiap aktivitas kita dengan selalu mengingat Allah.
Alhmdllhhh…..nice pak
alhamdulillah, ilmu yang bermanfaat.
assalamualaikum masya Allah barakallah bermanfaat sekali , ana izin copas yah, semoga bapak selalu di jaga Allah dimanapun berada dan sellau di berikan tambahan ilmu yang barakah amin,