Tips Menjaga Silaturahmi yang Renggang Menurut Islam: Perekat Hubungan Keluarga
Temukan cara ampuh menjaga silaturahmi renggang menurut Islam. Pelajari keutamaan, hikmah, dan amalan menjaga hubungan keluarga serta kerabat meski terpisah jarak. Raih keberkahan dan cinta Allah SWT.
Tips Menjaga Silaturahmi yang Renggang Menurut Islam: Perekat Hubungan Keluarga
Hubungan keluarga adalah anugerah terindah yang diberikan oleh Allah SWT. Dalam ajaran Islam, menjaga dan mempererat tali persaudaraan atau silaturahmi merupakan sebuah kewajiban mulia yang memiliki konsekuensi dunia dan akhirat yang besar. Namun, seiring berjalannya waktu, kesibukan, jarak, atau bahkan kesalahpahaman, kerap kali membuat hubungan kekerabatan menjadi renggang. Lantas, bagaimana Islam mengajarkan kita untuk menyambung kembali tali persaudaraan yang terputus atau merenggang ini? Artikel ini akan mengupas tuntas tips menjaga silaturahmi yang renggang menurut Islam, menjadikannya perekat hubungan keluarga yang hakiki.
Pentingnya Silaturahmi dalam Islam
Silaturahmi bukan sekadar tradisi, melainkan sebuah perintah agama yang berakar kuat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Memahami definisinya dan keutamaannya akan semakin memotivasi kita untuk menjaganya.
Definisi dan Keutamaan Menjaga Silaturahmi Menurut Islam
Secara harfiah, silaturahmi berasal dari kata “shilat” (hubungan) dan “rahim” (kandungan) yang merujuk pada hubungan kekerabatan. Dalam terminologi Islam, silaturahmi memiliki makna yang lebih luas, yaitu menyambung dan memelihara hubungan baik dengan seluruh kerabat, baik yang dekat maupun yang jauh, yang saling mewarisi atau yang tidak, yang masih hidup maupun yang sudah meninggal (dengan mendoakannya). Ini mencakup hubungan dengan orang tua, saudara kandung, paman, bibi, sepupu, dan seluruh anggota keluarga besar.
Keutamaan menjaga silaturahmi ditegaskan dalam banyak ayat Al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa ayat 3:
“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
Ayat ini secara eksplisit memerintahkan untuk menjaga hubungan silaturahmi, menempatkannya sejajar dengan ketakwaan kepada Allah SWT. Ini menunjukkan betapa sentralnya peran silaturahmi dalam kehidupan seorang Muslim.
Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi.”
Hadits ini menegaskan bahwa menjaga silaturahmi adalah salah satu indikator keimanan seseorang kepada Allah dan hari akhir. Ini bukan hanya tentang menjaga hubungan sosial, tetapi juga ibadah yang mencerminkan kedalaman iman. Bahkan, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa salah satu amal paling utama adalah menyambung silaturahmi. Beliau ditanya: “Amal apakah yang paling utama?” Beliau menjawab: “Menyambung orang yang memutuskannya, memberi kepada orang yang tidak pernah memberi kepadamu, dan memaafkan orang yang menzalimimu.” (HR. Ahmad).
Keutamaan silaturahmi juga tercermin dalam kisah para sahabat Nabi. Mereka senantiasa berusaha menjaga hubungan kekerabatan, bahkan dalam kondisi sulit sekalipun. Hal ini menunjukkan bahwa silaturahmi adalah nilai fundamental dalam peradaban Islam, yang tidak hanya membangun keharmonisan internal keluarga, tetapi juga memperkuat tatanan sosial masyarakat.
Balasan Memutuskan Silaturahmi dalam Islam
Sebaliknya, Islam sangat keras dalam melarang dan memperingatkan tentang konsekuensi memutuskan silaturahmi. Tindakan ini dianggap sebagai dosa besar yang akan mendatangkan kerugian di dunia maupun di akhirat.
Allah SWT berfirman dalam Surah Ar-Ra’d ayat 25:
“Dan orang-orang yang memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan (silaturahmi) dan mereka membuat kerusakan di muka bumi, orang-orang itulah yang mendapat laknat dan bagi mereka balasan (neraka) yang buruk.”
Ayat ini secara gamblang menyebutkan bahwa orang yang memutuskan silaturahmi akan mendapatkan laknat dari Allah dan balasan siksa yang buruk di akhirat. Ini adalah ancaman serius yang patut direnungkan.
Dalam hadits riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak masuk surga orang yang memutuskan silaturahmi.”
Hadits ini menegaskan bahwa dampak terburuk dari memutuskan silaturahmi adalah terhalangnya seseorang dari surga. Ini menunjukkan betapa besar dosa dan kemurkaan Allah terhadap perbuatan tersebut.
Memutuskan silaturahmi tidak hanya berdampak pada kehidupan akhirat, tetapi juga kerugian spiritual dan sosial di dunia. Seseorang yang memutus hubungan kekerabatan bisa kehilangan dukungan, keberkahan, dan rasa aman. Ia bisa merasakan kesepian, kehilangan jaringan sosial yang kuat, bahkan rezekinya bisa menjadi sempit. Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah dalam salah satu kajiannya mengingatkan, “Memutuskan silaturahmi adalah dosa besar. Jika hubungan sudah renggang, mulailah dari diri sendiri. Ingatlah keutamaan orang yang menyambung silaturahmi bahkan ketika diputuskan oleh saudaranya. Ini adalah ujian keimanan dan kekuatan akhlak.” (Kajian Islam di kanal YouTube Syafiq Riza Basalamah Official, 10 Februari 2024).
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menyadari betapa besar mudharat dari memutuskan silaturahmi dan betapa besar pahala dari menjaganya.
Cara Menjaga Silaturahmi Menurut Islam
Menjaga silaturahmi yang renggang, terutama dalam keluarga, membutuhkan usaha yang konsisten dan niat yang tulus. Islam telah memberikan panduan yang jelas dan praktis untuk mengatasi tantangan ini.
Mempererat Hubungan Keluarga Menurut Islam
Keluarga adalah benteng pertama dan utama dalam menjaga silaturahmi. Membangun dan mempererat hubungan keluarga yang harmonis adalah pondasi bagi hubungan yang baik dengan kerabat yang lebih luas.
Strategi praktis untuk menjaga keharmonisan dalam keluarga meliputi:
- Komunikasi Terbuka: Saling berbagi cerita, keluh kesah, dan kebahagiaan. Ciptakan suasana di mana setiap anggota keluarga merasa nyaman untuk berbicara tanpa takut dihakimi.
- Saling Menghargai: Hargai pendapat, peran, dan kontribusi setiap anggota keluarga. Hindari meremehkan atau membanding-bandingkan.
- Memberikan Dukungan: Hadir di saat suka maupun duka. Berikan dukungan moril dan materil sebisa mungkin.
- Meluangkan Waktu Berkualitas: Di tengah kesibukan, luangkan waktu khusus untuk berkumpul, melakukan aktivitas bersama, atau sekadar mengobrol santai.
- Memperbanyak Doa: Doakan kebaikan untuk seluruh anggota keluarga, memohon agar Allah SWT senantiasa menjaga keharmonisan dan keberkahan rumah tangga.
Peran orang tua sangat sentral dalam menanamkan nilai silaturahmi kepada anak-anak sejak dini. Dengan memberikan teladan yang baik, menjelaskan pentingnya hubungan keluarga, dan melibatkan anak dalam kegiatan kekerabatan, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang peduli terhadap hubungan keluarganya. Anak-anak pun memiliki kewajiban untuk berbakti kepada orang tua dan menjaga hubungan baik dengan saudara-saudaranya.
Amalan Menjaga Silaturahmi yang Dianjurkan
Selain membangun keharmonisan internal keluarga, ada amalan-amalan spesifik yang sangat dianjurkan dalam Islam untuk menjaga silaturahmi.
- Dzikir dan Doa untuk Kebaikan Hubungan: Memohon kepada Allah SWT agar hubungan kekerabatan senantiasa terjalin baik adalah amalan yang sangat penting. Doa yang tulus seperti memohon agar Allah melembutkan hati kerabat, menjauhkan perselisihan, dan mendatangkan keberkahan adalah kunci. Kita bisa mengintegrasikan doa ini dalam dzikir harian kita atau membacanya setiap selesai shalat.
- Memberikan Hadiah dan Sedekah sebagai Bentuk Kepedulian: Memberikan hadiah, sekecil apapun, dapat mencairkan suasana dan menunjukkan perhatian. Sedekah kepada kerabat yang membutuhkan juga termasuk bentuk kepedulian yang sangat bernilai di sisi Allah. Hal ini sesuai dengan anjuran Nabi SAW untuk saling memberi hadiah.
- Menjenguk Kerabat yang Sakit: Menjenguk orang sakit adalah hak seorang Muslim atas Muslim lainnya, termasuk kerabat. Ini menunjukkan kepedulian, empati, dan mempererat ikatan. Dalam kondisi sakit, seseorang sangat membutuhkan kehadiran dan doa dari orang-orang terdekat.
Amalan-amalan ini, meskipun terlihat sederhana, memiliki dampak besar dalam menjaga dan menyuburkan tali persaudaraan. KH. Ahmad Qurtuby, Lc., M.A., mengingatkan, “Di era digital ini, bahkan dengan keterbatasan jarak, kita bisa terus terhubung melalui percakapan singkat, doa, atau sekadar mengirimkan kabar. Kuncinya adalah niat tulus dan konsistensi untuk terus mengingat dan mendoakan kerabat, meskipun tidak bisa bertemu secara fisik setiap saat.” (Wawancara di NU Online, 24 Januari 2024).
Jarak dan Silaturahmi dalam Islam
Di era modern, jarak fisik seringkali menjadi hambatan utama dalam menjaga silaturahmi. Namun, Islam mengajarkan bahwa jarak bukanlah alasan untuk memutuskan hubungan.
- Bagaimana Menjaga Hubungan Meski Terpisah Jarak: Kunci utamanya adalah niat dan upaya. Meskipun tidak bisa bertemu langsung, kita tetap bisa menjaga hubungan melalui cara-cara lain.
- Pemanfaatan Teknologi Komunikasi Modern untuk Silaturahmi: Manfaatkan kecanggihan teknologi seperti telepon, pesan singkat (SMS), aplikasi pesan instan (WhatsApp, Telegram), dan media sosial untuk terus berkomunikasi. Mengirim ucapan selamat ulang tahun, menanyakan kabar, berbagi informasi bermanfaat, atau sekadar menyapa adalah cara-cara efektif untuk tetap terhubung. Data dari APJII (2022) menunjukkan bahwa 65% responden berinteraksi dengan anggota keluarga di luar rumah tangga inti 2-3 kali per minggu, menunjukkan potensi besar penggunaan teknologi untuk silaturahmi.
- Contoh Kisah Para Sahabat dalam Menjaga Silaturahmi Meski Berjauhan: Sejarah mencatat bagaimana para sahabat Rasulullah SAW, bahkan ketika berdakwah atau berjihad di berbagai penjuru, senantiasa berusaha menjaga komunikasi dan hubungan kekerabatan. Mereka saling mengirim surat, menanyakan kabar, dan mendoakan satu sama lain. Ini menjadi inspirasi bahwa tekad untuk menjaga silaturahmi dapat mengatasi segala hambatan, termasuk jarak.
Dengan kemudahan teknologi saat ini, menjaga silaturahmi meski berjauhan menjadi lebih mudah dari sebelumnya. Yang terpenting adalah kemauan dan konsistensi.
Menjaga Hubungan Baik dengan Kerabat
Dalam interaksi dengan kerabat, terdapat prinsip-prinsip akhlak mulia yang perlu dijaga.
- Pentingnya Memaafkan dan Berlapang Dada: Kesalahan dan perselisihan dalam hubungan kekerabatan adalah hal yang wajar terjadi. Memaafkan kesalahan kerabat dan memiliki hati yang lapang adalah kunci untuk meredakan konflik dan menjaga keutuhan hubungan. Islam menekankan pentingnya sifat pemaaf sebagai bagian dari kesempurnaan akhlak.
- Cara Bersikap terhadap Kerabat yang Memiliki Perbedaan Pandangan: Perbedaan pandangan, baik dalam hal agama, politik, maupun pandangan hidup, bisa muncul dalam keluarga. Sikap bijak adalah menghargai perbedaan tersebut, tidak memaksakan kehendak, dan menjaga adab dalam berdiskusi. Fokuslah pada kesamaan nilai-nilai kekerabatan yang mempersatukan.
- Menghadiri Undangan Kerabat dan Menunjukkan Perhatian: Jika diundang ke acara keluarga, usahakan untuk hadir sebagai bentuk penghormatan dan kepedulian. Tunjukkan antusiasme dan berikan perhatian kepada kerabat, terutama yang sudah lama tidak bertemu.
Menjaga hubungan baik dengan kerabat membutuhkan kedewasaan emosional dan kesabaran. Menerapkan prinsip-prinsip di atas akan membantu menciptakan suasana kekeluargaan yang harmonis.
Islam tentang Hubungan Kerabat Jauh
Hubungan dengan kerabat jauh terkadang lebih renggang dan membutuhkan perhatian ekstra.
- Batasan dan Kewajiban terhadap Kerabat yang Jarang Bertemu: Kewajiban terhadap kerabat tidak berhenti pada yang dekat. Islam tetap menganjurkan untuk menjaga hubungan dengan kerabat yang jarang bertemu. Batasan kewajiban bisa disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi, namun upaya untuk tetap terhubung adalah esensinya.
- Mengirim Kabar dan Menanyakan Kabar sebagai Bentuk Perhatian: Cukup dengan mengirimkan pesan singkat menanyakan kabar, mengucapkan selamat, atau berbagi informasi terkini, sudah merupakan bentuk perhatian yang berarti. Ini menunjukkan bahwa kita masih mengingat dan peduli terhadap mereka.
- Sikap Bijak dalam Berinteraksi dengan Kerabat Jauh: Dalam berinteraksi, jaga lisan dan perbuatan. Hindari gosip atau pembicaraan yang dapat menimbulkan fitnah. Bersikaplah ramah, sopan, dan tunjukkan penghargaan.
Menjaga hubungan dengan kerabat jauh adalah investasi spiritual yang berharga. Umat Muslim Indonesia memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya keluarga besar, tercermin dari survei Indo Barometer (2023) yang menyatakan 88% masyarakat Indonesia menganggap penting menjaga hubungan dengan keluarga besar.
Hikmah Menjaga Silaturahmi
Menjaga silaturahmi bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga mendatangkan berbagai hikmah dan keutamaan yang luar biasa, baik bagi diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat luas.
Keutamaan dan Manfaat Menjaga Silaturahmi
Keutamaan menjaga silaturahmi telah dijelaskan secara rinci oleh Rasulullah SAW. Beberapa manfaat utamanya antara lain:
- Dibukanya Pintu Rezeki: Dalam hadits riwayat Bukhari, Aisyah RA menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Silaturahmi itu menambah rezeki dan memperpanjang umur.” Menjaga hubungan baik dengan kerabat dapat membuka pintu-pintu rezeki yang tidak terduga, baik dalam bentuk materi maupun non-materi.
- Dipanjangkannya Umur dan Dilimpahkannya Keberkahan: Hadits yang sama juga menyebutkan bahwa silaturahmi dapat memanjangkan umur. Umur yang panjang bukan hanya soal kuantitas, tetapi juga kualitas keberkahan yang dilimpahkan Allah SWT pada usia tersebut. Keberkahan ini dapat dirasakan dalam segala aspek kehidupan.
- Memperoleh Cinta Allah dan Rasul-Nya: Sebagaimana disebutkan dalam hadits sebelumnya, menjaga silaturahmi adalah perintah Allah dan Rasul-Nya. Melaksanakannya berarti meraih keridhaan dan cinta dari Sang Pencipta dan Utusan-Nya.
Menjaga silaturahmi sejatinya adalah bentuk ibadah yang sarat akan manfaat dunia akhirat. Ini juga merupakan manifestasi dari konsep ukhuwah islamiyah dan mawaddah wa rahmah dalam Islam.
Hadist tentang Silaturahmi dan Keberkahannya
Mari kita bedah lebih dalam beberapa hadits pilihan yang menekankan keberkahan menjaga silaturahmi.
- Hadits Riwayat Bukhari: “Allah Ta’ala berfirman: ‘Aku adalah Ar-Rahman. Aku menciptakan rahim (kekeluargaan) dan Aku mengambilnya dari nama-Ku. Maka barangsiapa menyambungnya, Aku akan menyambungnya (dengan rahmat-Ku), dan barangsiapa memutuskannya, Aku akan memutusnya (dari rahmat-Ku).'”
Hadits Qudsi ini sangat tegas. Allah SWT sendiri menyamakan nama-Nya dengan “rahim” yang berarti kasih sayang dan hubungan kekerabatan. Siapa yang menjaga hubungan ini, ia akan dirahmati Allah. Sebaliknya, siapa yang memutuskannya, ia akan terputus dari rahmat-Nya yang luas. Ini adalah peringatan keras agar kita senantiasa menjaga hubungan baik.
- Hadits Riwayat Muslim: “Tidak ada suatu amal pun yang lebih besar pahalanya di sisi Allah setelah syirik kepada-Nya daripada pahala semetri (menjaga hubungan baik) dengan seorang Muslim. Siapa yang menyambung tali persaudaraan, ia akan meraih kecintaan Allah, dan siapa yang memutuskannya, ia akan mendapatkan kemurkaan Allah.”
Hadits ini menempatkan pahala menyambung silaturahmi di posisi yang sangat tinggi, bahkan setelah keimanan kepada tauhid (menghindari syirik). Ini menunjukkan betapa agungnya nilai silaturahmi di mata Allah.
Contoh aplikatif dari hadits ini dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika kita berusaha menghubungi kerabat yang sudah lama tidak berkomunikasi, meskipun merasa canggung atau ada sedikit rasa enggan. Melangkahlah untuk menyapa, menawarkan bantuan, atau sekadar bertanya kabar. Niat tulus untuk menyambung tali persaudaraan akan menjadi pembuka pintu keberkahan yang luar biasa.
Menjaga silaturahmi adalah investasi terbaik yang bisa kita lakukan. Dengan niat yang ikhlas, mengikuti tuntunan Islam, dan konsisten dalam beramal, kita dapat membangun hubungan kekerabatan yang kuat, harmonis, dan penuh berkah. Mari kita jadikan setiap momen, baik saat berkumpul maupun berjauhan, sebagai kesempatan untuk mempererat tali persaudaraan, demi meraih keridhaan Allah SWT di dunia dan akhirat.
Ingatlah, hubungan yang baik dengan kerabat adalah salah satu bentuk syukur atas nikmat keluarga yang Allah berikan. Bahkan ketika hubungan itu renggang, jangan pernah menyerah untuk menyambungnya kembali. Kadang, memulai kembali sebuah hubungan yang renggang itu seperti memulai kembali dari nol, namun dengan keyakinan bahwa Allah akan membantu. Jangan lupa juga bahwa Ramadhan adalah momentum terbaik untuk perubahan, termasuk memperbaiki hubungan. Dan yang terpenting, dalam segala urusan duniawi, termasuk menjaga hubungan, jangan lupakan konsep zuhud dalam hidup, yaitu kaya hati dan tidak terpaku pada dunia semata, agar hati kita senantiasa lapang dan mampu memaafkan.
Jika Anda merasa kesulitan dalam mengelola hubungan atau motivasi, mari pelajari bagaimana biarkan Allah membantu setiap urusan kita.
Ayo mulai hari ini, kirimkan pesan singkat, telepon, atau rencanakan pertemuan dengan kerabat yang sudah lama tidak Anda sapa. Niscaya, Allah akan melapangkan hati Anda dan membuka pintu keberkahan.