Tidak Menggantungkan Pada Tindakan Karena Bukan Segala-galanya
Dalam kesempatan yang lalu, saya pernah menjelaskan bahwa tindakan adalah mata rantai dari sukses. Tindakan adalah sangat penting dalam meraih sukses. Namun, ada satu hal yang perlu kita perhatikan yaitu kita jangan pernah menggantungkan diri pada tindakan. Tindakan bukan segala-galanya, bukan tindakan yang menentukan sukses tidaknya seseorang.
Bukan berarti tidak perlu bertindak, yang tidak boleh adalah menggantungkan diri pada tindakan. Hanya Allah-lah tempat bergantung segala sesuatu.
“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” (QS. Al Ikhlaas:2)
Masalahnya banyak orang lupa, dia menggantungkan pada tindakan. Banyak umat Islam yang terjebak pada konsep materialistis yang mengangungkan tindakan. Ini bukan masalah sepele, ini adalah masalah akidah.
Tindakan, berusaha, atau berikhtiar memang tetap perlu dilakukan namun tanpa diiringi rasa ketergantungan pada tindakan tersebut. Jika seperti itu, artinya kita bukan seorang hamba yang bertawakal. Seseorang yang bertawakal ialah mereka yang selalu mengantungkan segala sesuatunya kepada Allah sambil tetap berusaha.
Abu Said Al-Kharraz berkata bahwa tawakkal ialah:
“Gerakan anggota tubuh dalam berusaha tanpa perasaan bergantung kepada usaha, dan ketenangan hati hanya kepada Allah tanpa sedikitpun keraguan dengan-Nya.
Oleh karena itu, untuk meraih sukses, ambillah tindakan dengan diringi rasa tawakal, yaitu hanya menggantungkan pengharapan kepada Allah. Bukan bertindak dulu baru tawakal, tetapi bertindaklah dengan diiringi ketawakalan. Rasulullah saw telah mengajarkan kepada kita, bahwa kita bertawakal sejak pertama kali melangkah.
Dari Anas bin Malik ra bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: “Jika seseorang keluar dari rumahnya lalu membaca (doa, yang artinya): Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan upaya selain dengan Allah swt.. maka dikatakan kepadanya: Engkau telah mendapat petunjuk, dicukupi dan dilindungi, lalu syetan pun menyingkir darinya. Setan berkata (kepada kawannya): Bagaimana (engkau bisa memperdaya) seseorang yang telah diberi petunjuk, dicukupi dan dilindungi? (HR. Abu Dawud).
Hadits ini menepis anggapan keliru bahwa tawakal hanya diletakan di belakang, berusaha dulu baru tawakal, katanya. Yang benar ialah berusahalah sambil bertawakal, dari awal sampai akhir, termasuk saat menunggu hasil setelah berusaha.
Mudah-mudahan, kita semua menjadi hamba-hambat yang bertawakal sehingga semua keperluan kita akan dicukupi oleh Allah.
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (QS. At-Thalaq:3)
Kunjungi Juga:
Paket Umroh Bandung 2024 - 2025
Mau Umroh? Meski Anda Tidak Punya Uang dan Belum Siap?