Lepas Mental Block “Saya Sudah Melakukan yang Terbaik” Raih Potensi Maksimal Anda
Frasa “Saya sudah melakukan yang terbaik” seringkali menjadi penghalang tak sadar menuju kesuksesan sejati. Di balik rasa puas itu, tersembunyi mental block yang menutup pintu inovasi dan pengembangan diri. Artikel ini akan membongkar mental block tersebut, mengungkapkan penyebabnya, dan menawarkan strategi konkret untuk mengatasinya demi meraih potensi maksimal.

“Saya Sudah Melakukan Yang Terbaik”: Sebuah Hambatan Mental Menuju Kesuksesan Sejati
Frasa “Saya sudah melakukan yang terbaik” seringkali terucap dari lisan kita, mungkin dalam upaya membesarkan hati diri sendiri atau menjelaskan hasil yang kurang memuaskan. Namun, di balik rasa puas atau penerimaan ini, tersembunyi sebuah hambatan mental yang dahsyat, sebuah “mental block” yang tanpa kita sadari, menghalangi kita untuk terus berkembang dan mencapai puncak potensi. Mengapa demikian? Karena saat kita mendeklarasikan bahwa kita sudah mencapai yang terbaik, secara tidak langsung kita telah menutup pintu bagi perbaikan, inovasi, dan peningkatan diri yang berkelanjutan. Ini adalah deklarasi yang menghentikan pertumbuhan.
Artikel ini akan membongkar dan membuka mental block ini, menyelami penyebab mental block yang seringkali tidak disadari, dan menawarkan strategi konkret untuk mengatasi mental block tersebut. Kita akan menjelajahi bagaimana persepsi “terbaik” ini bisa menjadi perangkap psikologis yang mencegah pengembangan diri dan motivasi diri yang esensial untuk mencapai kesuksesan yang lebih besar.
Definisi Mental Block dan Akar Masalah “Saya Sudah Melakukan Yang Terbaik”
Sebelum kita bisa mengatasi mental block ini, penting untuk memahami definisi mental block itu sendiri, khususnya dalam konteks frasa “Saya sudah melakukan yang terbaik.” Dalam psikologi, mental block adalah hambatan psikologis yang mencegah individu dari melakukan atau memikirkan sesuatu yang seharusnya bisa mereka lakukan atau pikirkan. Ini bisa berupa ketakutan, kepercayaan yang membatasi, atau pola pikir yang kaku yang menghambat kreativitas, produktivitas, dan kemampuan belajar.
Ketika seseorang menyatakan “Saya sudah melakukan yang terbaik,” seringkali ini bukanlah sebuah fakta objektif, melainkan sebuah keyakinan subjektif yang berakar pada beberapa penyebab mental block:
- Zona Nyaman: Frasa ini adalah cara seseorang untuk tetap berada dalam zona nyamannya. Peningkatan diri membutuhkan usaha, ketidakpastian, dan terkadang kegagalan. Dengan menyatakan “sudah terbaik,” seseorang menghindari keharusan untuk keluar dari zona nyaman tersebut dan menghadapi tantangan baru.
- Fixed Mindset (Pola Pikir Tetap): Carol Dweck, seorang psikolog ternama, memperkenalkan konsep mindset berkembang (growth mindset) dan mindset tetap (fixed mindset). Orang dengan fixed mindset percaya bahwa kemampuan dan kecerdasan mereka adalah sifat yang tetap dan tidak dapat diubah. Ketika mereka mengatakan “Saya sudah melakukan yang terbaik,” ini mencerminkan keyakinan bahwa mereka telah mencapai batas kemampuan inheren mereka, dan tidak ada gunanya berusaha lebih keras atau mencari cara yang lebih baik. Ini adalah tanda mental block yang kuat.
- Rasa Takut Akan Kegagalan: Terkadang, klaim “sudah terbaik” adalah mekanisme pertahanan untuk menghindari risiko kegagalan di masa depan. Jika mereka tidak mencoba lagi atau tidak mencari cara yang lebih baik, mereka tidak akan menghadapi kegagalan baru. Ini menjadi cara menghilangkan batasan diri yang salah.
- Kurangnya Kesadaran Diri: Banyak orang belum sepenuhnya memahami potensi diri mereka yang sebenarnya. Mereka mungkin tidak menyadari bahwa masih banyak aspek yang bisa ditingkatkan atau keterampilan yang bisa diasah. Mereka belum meningkatkan potensi diri mereka.
- Menyalahkan Keadaan atau Takdir: Jika seseorang bersikukuh bahwa ia sudah melakukan yang terbaik namun hasilnya tidak sesuai harapan, maka satu-satunya “solusi” yang tersisa adalah menyalahkan faktor eksternal, seperti takdir, keberuntungan, atau kondisi di luar kendali mereka. Ini adalah cara termudah untuk menghindari tanggung jawab pribadi atas hasil yang kurang memuaskan, sebuah penyebab mental block yang sangat berbahaya bagi motivasi diri.
Jika Anda sudah merasa melakukan yang terbaik, maka secara alami usaha Anda akan berhenti di sana. Tidak ada insentif untuk usaha tambahan, tidak ada dorongan untuk mencari cara agar Anda mendapatkan hasil yang lebih baik. Ini adalah titik stagnasi yang sangat berbahaya bagi pengembangan diri dan strategi sukses.
“Saya Bingung Mau Melakukan Apa Lagi”: Perangkap Antara Ketidaktahuan dan Ketiadaan
Pernyataan “Saya bingung mau melakukan apa lagi” seringkali menjadi sahabat karib dari “Saya sudah melakukan yang terbaik.” Keduanya saling menguatkan, menciptakan ilusi bahwa semua opsi telah habis. Namun, ada perbedaan fundamental antara “bingung” dan “tidak ada.”
Bingung berarti Anda BELUM mengetahuinya. Ini adalah pengakuan atas keterbatasan informasi atau pemahaman saat ini, bukan sebuah deklarasi bahwa tidak ada lagi cara untuk melakukan ikhtiar Anda dengan lebih baik. Kebingungan adalah titik awal untuk bertanya, mencari, dan belajar. Ini adalah undangan untuk meningkatkan kreativitas dan menemukan solusi baru. Sebuah studi dari Harvard Business Review menyarankan bahwa mengakui ketidaktahuan adalah langkah pertama menuju pembelajaran dan inovasi yang efektif.
Sebaliknya, mengatakan “tidak ada” adalah sikap yang paling mudah karena Anda mengalihkan kesalahan kepada hal-hal di luar diri Anda. Dengan demikian, Anda memiliki alasan yang cukup untuk berhenti dan menyerah. Pola pikir ini adalah mental block dalam psikologi yang membatasi pertumbuhan.
Ketika Anda mengatakan “belum mengetahui,” Anda secara sadar membuka diri untuk mencari cara yang lebih baik lagi, cara tercepat, cara tercanggih, atau pendekatan yang lebih efektif. Anda mengizinkan diri Anda untuk terus belajar, beradaptasi, dan memaksimalkan kemampuan. Ini adalah fondasi dari mindset berkembang, di mana tantangan dipandang sebagai peluang untuk belajar, bukan sebagai tembok yang tidak bisa ditembus. Potensi yang diberikan Allah kepada kita sungguh dahsyat, seringkali kita hanya belum menggalinya sepenuhnya. Kita diberi nikmat berupa potensi diri yang luar biasa besar, namun dengan mudah kita bersikap seolah tidak ada lagi potensi dalam diri yang bisa kita gali.
Membuka Kunci Potensi Diri: Pertanyaan Transformasional untuk Membuka Mental Block
Untuk membuka mental block dan meningkatkan potensi diri, kita perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang asumsi “sudah terbaik.” Pertanyaan-pertanyaan ini akan memaksa kita untuk melihat celah, peluang, dan area untuk perbaikan. Inilah cara mengatasi mental block yang efektif:
Sudahkah Anda Mengembangkan Keterampilan Hingga Level Tertinggi?
Seringkali, perbedaan antara hasil biasa dan hasil luar biasa terletak pada tingkat keterampilan yang dimiliki. Banyak contoh menunjukkan bagaimana individu dengan keterampilan tinggi mampu melakukan sesuatu lebih cepat, lebih efisien, dan dengan kualitas yang lebih baik. Mengembangkan keterampilan bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah perjalanan berkelanjutan.
Pertanyaannya adalah: Sudahkah Anda melatih keterampilan diri Anda yang berkaitan dengan pekerjaan atau tujuan Anda? Apakah keterampilan Anda sudah mencapai level tertinggi? Sudahkah Anda melatih diri dengan cara yang benar, misalnya melalui praktik yang disengaja (deliberate practice) seperti yang diungkapkan oleh Anders Ericsson? Praktik yang disengaja melibatkan upaya terfokus untuk memperbaiki kelemahan spesifik, seringkali dengan bimbingan seorang mentor. Jika sudah, keterampilan apa saja yang sudah Anda latih, dan apakah semua keterampilan kunci yang diperlukan sudah Anda kuasai? Tentu, ini adalah bagian dari self improvement yang berkelanjutan.
Banyak dari kita bahkan belum memikirkan untuk melatih keterampilan, apalagi melakukannya. Kita puas dengan tingkat kemampuan yang ada, padahal potensi untuk memaksimalkan kemampuan masih sangat besar. Ingatlah bahwa para ahli di bidang apa pun tidak pernah berhenti belajar dan mengasah keterampilan mereka, sebuah inspirasi untuk motivasi diri.
Bagaimana Meningkatkan Kreativitas dan Menggali Setiap Ide?
Ketika kebingungan melanda, pertanyaan “Bingung, mau melakukan apa lagi?” sering muncul. Mengapa Anda bingung? Apakah karena Anda benar-benar telah mengeluarkan semua ide yang mungkin, ataukah karena mental block telah membatasi pikiran Anda? Sebuah studi oleh IDEO, perusahaan desain inovasi terkemuka, menunjukkan bahwa meningkatkan kreativitas membutuhkan lingkungan yang mendukung dan teknik brainstorming yang tepat.
Sudahkah Anda mengeluarkan semua ide Anda? Jika sudah, berapa banyak ide yang mampu Anda keluarkan? Apakah Anda sudah pernah mencoba teknik-teknik meningkatkan kreativitas seperti brainstorming, mind mapping, atau SCAMPER? Sudahkah Anda meningkatkan kreativitas Anda sebelumnya? Jika belum, bisa saja memang belum semua ide Anda keluarkan. Jangan dulu mengatakan semua ide sudah Anda keluarkan. Jangan dulu mengatakan mau melakukan apa lagi, jika Anda belum belajar tentang teknik kreativitas. Meningkatkan kreativitas adalah kunci untuk menemukan strategi sukses yang belum terpikirkan.
Dunia ini penuh dengan solusi yang belum ditemukan. Kerap kali, mental block inilah yang menghalangi kita untuk melihat peluang dan ide-ide brilian yang sebenarnya ada di sekitar kita. Teruslah bertanya, teruslah mencari inspirasi, dan biarkan pikiran Anda bebas berimajinasi.
Apakah Metode dan Cara Anda Sudah yang Terbaik?
Selain keterampilan yang perlu diasah, perlu juga melakukan pekerjaan dengan cara terbaik. Keterampilan tinggi yang digabungkan dengan cara yang tepat akan memberikan hasil yang dahsyat. Akan ada banyak cara untuk melakukan sesuatu, dan kita harus terus mencari cara yang paling optimal. Tips produktivitas modern menekankan pentingnya metode kerja yang efektif.
Pertanyaannya: Apakah Anda melakukan pekerjaan dengan cara biasa? Atau hanya dengan cara yang hanya bisa Anda lakukan? Sudahkah prinsip-prinsip manajemen waktu diterapkan? Konsep manajemen waktu yang efektif, seperti metode Pomodoro atau matriks Eisenhower, terbukti dapat meningkatkan produktivitas secara signifikan. Sudahkah Anda cukup fokus dalam bekerja, ataukah perhatian Anda sering terpecah? Konsep “deep work” yang dikemukakan oleh Cal Newport menegaskan bahwa kerja fokus tanpa gangguan adalah kunci untuk menghasilkan pekerjaan berkualitas tinggi. Sudahkah Anda memiliki sistem yang sudah teruji untuk melakukan pekerjaan Anda?
Sudahkah Anda memiliki ilmu dan kemampuan tentang manajemen waktu? Sudahkah konsep revolusi waktu Anda terapkan sehingga produktivitas Anda melejit? Sudahkah Anda mempelajari strategi menjadi juara agar Anda mampu bekerja lebih baik seperti para juara, atau hanya dengan strategi, teknik, dan kemampuan seadanya? Proses optimasi adalah pengembangan diri yang tiada henti.
Sudahkah Anda Memanfaatkan Daya Ungkit (Leverage)?
Daya ungkit adalah sebuah prinsip yang memungkinkan Anda untuk melakukan pekerjaan dengan usaha yang lebih kecil atau dengan sumber daya yang lebih sedikit, namun memberikan hasil yang jauh lebih besar. Ini adalah strategi sukses yang sering diabaikan.
Pertanyaannya: Sudahkah Anda mempelajari dan menerapkan daya ungkit dalam pekerjaan atau bisnis Anda? Daya ungkit bisa datang dalam berbagai bentuk: leverage waktu (misalnya, mendelegasikan tugas), leverage modal (menggunakan uang orang lain untuk mengembangkan bisnis), leverage teknologi (menggunakan perangkat lunak atau otomatisasi untuk meningkatkan efisiensi), atau leverage keahlian (belajar dari pengalaman orang lain). Robert T. Kiyosaki, penulis buku finansial terkenal, sering menekankan pentingnya daya ungkit sebagai salah satu kosa kata terpenting setelah melek finansial jika Anda ingin mencapai kebebasan finansial. Namun, jika seseorang tidak mau mempelajarinya, apalagi mengaplikasikannya, maka peluang untuk memaksimalkan kemampuan akan terbuang sia-sia. Memanfaatkan daya ungkit adalah salah satu cara mengatasi mental block yang paling kuat.
Sudahkah Anda Melakukan Pekerjaan Seperti Orang Terbaik Dalam Bidang Anda?
Di setiap bidang pekerjaan atau bisnis, pasti ada “orang terbaik” atau “juara” yang pencapaiannya melampaui rata-rata. Mereka adalah tolok ukur keunggulan. Pertanyaannya adalah: Apakah Anda sudah melakukan pekerjaan sebaik mereka? Sudahkah Anda belajar dari mereka? Sudahkah Anda membaca buku-buku mereka, mengikuti seminar mereka, atau bahkan mengikuti pelatihan langsung dari mereka? Belajar dari para ahli adalah jalan pintas untuk mengembangkan keterampilan dan strategi sukses.
Pendekatan ini, yang dikenal sebagai “modelling” dalam psikologi, adalah cara yang sangat efektif untuk memaksimalkan kemampuan Anda. Dengan mengamati dan meniru praktik, kebiasaan, dan pola pikir orang-orang sukses, Anda dapat mempercepat kurva pembelajaran Anda secara drastis. Jika Anda belum melakukannya, maka jelas ada banyak ruang untuk perbaikan dan peningkatan. Ini adalah bentuk pengembangan diri yang proaktif.
Keluar dari Zona Nyaman untuk Pertumbuhan Berkelanjutan
Semua pertanyaan di atas pada intinya mendorong kita untuk keluar dari zona nyaman. Rasa nyaman seringkali menjadi musuh terbesar dari pertumbuhan. Ketika kita merasa nyaman, kita cenderung tidak mencari tantangan baru, tidak belajar hal baru, dan tidak mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk level berikutnya. Mindset berkembang adalah tentang merangkul ketidaknyamanan sebagai tanda bahwa kita sedang belajar dan tumbuh. Motivasi diri yang kuat dibutuhkan untuk ini.
Mengambil risiko yang terukur, mencoba hal baru, dan menghadapi ketidakpastian adalah bagian tak terpisahkan dari pengembangan diri. Ini adalah proses menghilangkan batasan diri yang selama ini kita ciptakan sendiri. Ingat, pertumbuhan terjadi di luar batas kenyamanan Anda. Sebuah artikel oleh Psychology Today menunjukkan bahwa melangkah keluar dari zona nyaman meningkatkan kreativitas, produktivitas, dan kemampuan kita untuk mengatasi stres.
Strategi Komprehensif Mengatasi Mental Block “Saya Sudah Melakukan Yang Terbaik”
Setelah mengidentifikasi mental block ini, langkah selanjutnya adalah menerapkan strategi efektif untuk mengatasinya. Ini adalah langkah-langkah praktis untuk membuka mental block dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan:
- Adopsi Mindset Berkembang (Growth Mindset): Ini adalah fondasi utama. Sadari bahwa kemampuan dan kecerdasan Anda bukanlah statis, melainkan dapat terus dikembangkan melalui kerja keras, dedikasi, dan pembelajaran. Pandang tantangan sebagai kesempatan untuk tumbuh, bukan sebagai ancaman terhadap ego Anda. Ketika dihadapkan pada kesulitan, jangan katakan, “Saya tidak bisa,” tetapi “Saya belum bisa.” Ini adalah cara menghilangkan batasan diri yang paling efektif.
- Tetapkan Tujuan yang Menantang dan Spesifik (SMART Goals): Tujuan yang kabur atau terlalu mudah tidak akan mendorong Anda keluar dari zona nyaman. Tetapkan tujuan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan terikat waktu (SMART). Misalnya, alih-alih “meningkatkan penjualan,” tetapkan “meningkatkan penjualan sebesar 15% dalam tiga bulan dengan strategi pemasaran X.” Ini akan memicu motivasi diri.
- Cari Umpan Balik Secara Proaktif: Jangan menunggu kritik datang; carilah umpan balik dari mentor, rekan kerja, atau bahkan pelanggan. Umpan balik yang konstruktif adalah emas untuk perbaikan. Mintalah pandangan jujur tentang area mana yang bisa Anda tingkatkan, bahkan jika Anda merasa sudah “terbaik.” Ini adalah pengembangan diri yang aktif.
- Pelajari Keterampilan Baru Secara Konsisten: Alokasikan waktu setiap minggu untuk mempelajari keterampilan baru yang relevan dengan pekerjaan atau tujuan hidup Anda. Ini bisa melalui kursus online, membaca buku, mengikuti workshop, atau bahkan hanya berlatih secara mandiri. Belajar adalah investasi terbaik untuk meningkatkan potensi diri.
- Rangkul Kegagalan sebagai Guru: Ubah persepsi Anda tentang kegagalan. Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan umpan balik yang berharga. Setiap kali Anda gagal, tanyakan pada diri sendiri, “Apa yang bisa saya pelajari dari ini?” dan “Bagaimana saya bisa melakukannya dengan lebih baik lain kali?” Ini adalah bagian penting dari mindset berkembang.
- Tingkatkan Kreativitas Anda: Alokasikan waktu untuk latihan kreativitas. Misalnya, luangkan 15-30 menit setiap hari untuk melakukan brainstorming tentang cara-cara baru untuk memecahkan masalah atau meningkatkan proses yang ada. Teknik seperti “six thinking hats” atau “design thinking” dapat membantu Anda meningkatkan kreativitas.
- Optimalkan Manajemen Waktu dan Produktivitas: Evaluasi manajemen waktu Anda secara rutin. Gunakan teknik-teknik yang terbukti untuk tips produktivitas seperti teknik Pomodoro (bekerja dalam interval fokus pendek), memprioritaskan tugas (menggunakan matriks Eisenhower), atau menghindari multitasking yang tidak efektif. Memaksimalkan kemampuan berarti memaksimalkan waktu Anda.
- Cari Mentor atau Coach: Seseorang yang berpengalaman dapat memberikan perspektif baru, saran berharga, dan dorongan yang Anda butuhkan untuk mengatasi mental block dan mencapai potensi yang lebih tinggi. Mereka dapat membantu Anda melihat area yang tidak Anda sadari membutuhkan perbaikan, sebuah bagian dari pengembangan diri yang terarah.
- Refleksi Diri Secara Rutin: Luangkan waktu untuk merenung dan mengevaluasi kinerja, keputusan, dan pola pikir Anda. Jurnal harian atau meditasi dapat membantu Anda mengembangkan kesadaran diri yang lebih dalam, sehingga Anda dapat mengidentifikasi tanda mental block sebelum mereka menjadi permanen.
Kesimpulan: “Belum” Adalah Peluang, Bukan Batasan
Pertanyaan-pertanyaan di atas hanyalah sebagian kecil dari upaya untuk membuka mental block Anda. Artinya, masih banyak sekali peluang untuk memperbaiki aktivitas Anda, termasuk memperbaiki diri sendiri. Jika jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut masih banyak “belum,” itu bukan berarti kegagalan, melainkan tanda bahwa peluang untuk menjadi lebih baik masih sangat besar. Jangan katakan “Saya Sudah Melakukan Yang Terbaik” karena faktanya, belum! Anda belum yang terbaik, dan Anda masih bisa jauh lebih baik lagi.
Lalu, mulai dari mana? Tentu, masih banyak yang harus dipelajari. Namun, kita tidak perlu menjadi ahli dalam segala hal. Anda harus strategis, memilih aktivitas dan bidang apa yang harus ditingkatkan dengan tepat, yang akan memberikan dampak terbesar pada tujuan Anda. Kita tidak mungkin menjadi ahli dalam segala bidang, tetapi kita bisa menjadi yang terbaik dalam bidang yang kita pilih dengan bijak. Ini adalah inti dari strategi sukses dan pengembangan diri.
Berhentilah mengatakan “Saya Sudah Melakukan Yang Terbaik!” Gantikan dengan “Saya sedang dalam proses menjadi yang terbaik,” atau “Saya sedang mencari cara untuk menjadi lebih baik lagi.” Dengan mindset berkembang ini, Anda akan membuka pintu menuju potensi tak terbatas yang Allah anugerahkan dalam diri Anda. Motivasi diri dan ketangguhan adalah kunci untuk terus maju.
FAQ: Membuka Mental Block
Apa itu mental block?
Mental block dalam psikologi adalah hambatan psikologis yang mencegah seseorang untuk melakukan, memikirkan, atau merasakan sesuatu secara optimal. Ini bisa muncul sebagai ketakutan, keyakinan membatasi, atau pola pikir yang kaku, seperti keyakinan bahwa “Saya sudah melakukan yang terbaik” yang menghambat individu untuk mencari perbaikan atau inovasi lebih lanjut. Ini adalah definisi mental block.
Bagaimana cara mengatasi mental block?
Cara mengatasi mental block melibatkan beberapa strategi, antara lain: mengadopsi mindset berkembang (growth mindset), menetapkan tujuan yang menantang, mencari umpan balik secara proaktif, terus mengembangkan keterampilan, meningkatkan kreativitas, mengoptimalkan manajemen waktu dan produktivitas, memanfaatkan daya ungkit, serta bersedia keluar dari zona nyaman dan belajar dari kegagalan. Ini semua bertujuan untuk membuka mental block.
Apa penyebab seseorang merasa sudah melakukan yang terbaik?
Penyebab mental block ini bisa beragam, termasuk keinginan untuk tetap berada di zona nyaman, memiliki mindset tetap (fixed mindset) yang percaya bahwa kemampuan adalah statis, rasa takut akan kegagalan, kurangnya kesadaran akan potensi diri yang belum tergali, atau kecenderungan untuk menyalahkan takdir atau faktor eksternal daripada mencari perbaikan diri. Ini adalah tanda mental block.
Bagaimana meningkatkan kinerja jika merasa sudah melakukan yang terbaik?
Jika Anda merasa sudah melakukan yang terbaik, mulailah dengan mengajukan pertanyaan reflektif seperti: “Sudahkah keterampilan saya di level tertinggi?”, “Apakah semua ide sudah tergali?”, “Sudahkah saya menggunakan cara dan metode terbaik?”, “Apakah saya sudah memanfaatkan daya ungkit?”, dan “Apakah saya sudah belajar dari orang-orang terbaik di bidang saya?” Jawaban “belum” pada pertanyaan-pertanyaan ini akan membuka mental block dan menunjukkan area untuk meningkatkan potensi diri dan memaksimalkan kemampuan.
Mengapa penting untuk terus menggali potensi diri?
Penting untuk terus menggali potensi diri karena setiap individu dianugerahi potensi yang luar biasa oleh Allah, yang seringkali belum sepenuhnya termanfaatkan. Dengan terus menggali potensi, kita tidak hanya meningkatkan potensi diri dan memaksimalkan kemampuan kita, tetapi juga membuka peluang baru untuk kesuksesan, pengembangan diri, dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi lingkungan sekitar. Ini juga merupakan bentuk motivasi diri yang berkesinambungan dan cara untuk menghilangkan batasan diri yang menghambat pertumbuhan.


ya…itulah salah satu penghambat kemajuan kita!
merasa telah melakukan yang terbaik adalah sebuah kesalahan, karena dengan itu kita akan berhenti melakukan inovasi dan perkembangan dalam hidup. semoga kita semua termasuk dalam golongan orang yang selalu berkembang maju…aminn