Tidak Perlu Karena Ini, Masih Ada Motivasi Yang Lain
Pernahkah Anda mendengar sebuah nasihat, “Jangan biarkan hinaan menghentikan kamu. Tapi, jadikan sebagai cambuk agar kamu menjadi maju. Buktikan bahwa kamu mampu!”? Akhirnya, jika seseorang mengikuti saran ini, dia akan berusaha keras untuk sukses demi pembuktian. Dia ingin menunjukan kepada orang yang menghinanya bahwa dia sebenarnya lebih baik.
Dulu, saya pernah mengalami hal yang sama. Berusaha keras hanya untuk membuktikan kalau saya memang lebih baik. Namun setelah dipikir-pikir, ternyata niat seperti ini tidak ada gunanya sama sekali. Saya berusaha untuk sukses, karena memang ingin sukses. Bagaimana dengan orang yang menghina kita? Mari kita maafkan saja.
Kita bisa memiliki motivasi yang kuat meski tanpa dihina sebelumnya. Masih banyak alasan lain untuk sukses. Untuk kebahagiaan kita sendiri, untuk kebahagiaan keluarga, orang tua, dan memberikan kontribusi kepada bangsa dan agama. Bukankah motivasi ini jauh lebih mulia daripada hanya sekedar ingin membuktikan diri lebih baik kepada seseorang?
Rasa dendam terhadap seseorang hanya akan tetap membawa luka. Luka ini hanya bisa akan sembuh justru dengan memaafkannya. Jika kita masih memiliki rasa dendam, apa yang akan terjadi jika orang tersebut selalu lebih maju dibanding kita? Tentu, dendam tiada akhir yang dikhawatirkan akan mengarah ke sifat dengki.
Berbeda jika kita memaafkan. Hati kita akan tenang. Luka kita akan sembuh. Kita berusaha keras meraih sukses hanya untuk kita. Niat kita, motivasi kita, yang jauh lebih mulia dibandingkan niat balas dendam. Kita tidak perlu membuktikan diri, sebab kita adalah makhluq terbaik. Yang kita perlukan ialah menggali potensi yang sebenarnya sudah kita miliki.
Kita bisa memaafkan. Kuncinya adalah kemauan. Jika Anda berkeras mengatakan tidak bisa, itu bukan tidak bisa. Tetapi tidak mau. Bagaimana caranya? Lupakan semua kesalahannya. Bagaimana jika dia menghina lagi? Maafkan lagi. Waktu kita akan habis untuk “melayani” mereka. Emosi kita akan terkikis jika kita terus mendendam. Serahkan saja kepada Allah.
Sekali lagi, masih banyak motivasi yang jauh lebih mulia. Lebih banyak umat yang memerlukan perhatian kita daripada segelintir orang yang menghina kita. Jika selama ini kita selalu memiliki alasan tidak membantu tetangga yang membutuhkan, mungkin saatnya bagi kita untuk berusaha agar bisa membantu. Ini jauh lebih baik.
benar mas Rahmat, memaafkan itu memerlukan kemauan.
Saya teringat salah satu tanbih dari pesantren suryalaya.
1. tidak berubah sikap meskipun disakiti orang.
2. harus menyayangi orang yang membenci kita.
Artikel ini benr-benar menohok kehidupan saya, saat berusaha saya ingin menjadi sukses karena supaya diakui orang lain. hingga saat ini saya belum sukses-sukses
Saya sangat mengapresiasi artikel yang berjudul berpikir positif. Ini memberikan nilai plus buwat saya terkait dengan artikel yang saya tulis tentang “Membangun Mindset dengan Mindset yang positif” secara subtabtif sama contenya.
Apa pun bentuknya, apakah itu sebuah kritikan atau pujian semuanya dapat dijadikan sebagai motivasi, apabila kita menyikapinya dengan positif. Sebab hal tersebut akan berdamfak terhadap hasil akhir dari sebuah proses yang dilalui.
Terlebih lagi bahwa untuk menjadi seorang yang sukses sepakat sekali perlu kerja keras dan kerja cerdas. Sukses itu tidak menunggu tapi bertinda.