|

Malas Yang Menyamar Optimisme dan Syukur

Hati-hati Dengan Malas Ini – Bahaya

malasOrang malas apa pun bisa menjadi alasan. Bahkan alasan yang tampak seperti optimisme, padahal hanya sebagai dalih supaya dia tidak perlu bertindak. Ini bahaya, sebab akan terdengar baik dan benar padahal bisa menghancurkan diri sendiri.

Pernah suatu hari saya menumpang sebuah bus. Sebagai standar keselamatan, sebuah bus AC harus menyediakan sebuah palu tajam untuk memecahkan kaca seandainya terjadi apa-apa seperti kebakaran. Mungkin kita pernah mendengar banyak korban akibat terjebak di bus AC yang terbakar, alasannya sederhana karena mereka tidak bisa menyelamatkan diri. Pintu macet dan kaca sulit dipecahkan. Untuk itu salah satu standar keselamatan harus ada palu tajam yang bisa memecahkan kaca dengan mudah.

Saya melihat ke tempat palu itu. Tempatnya ada, tetapi tidak ada palunya. Saya bertanya kepada kondektur,

“Pak, palunya mana?”

Dia melihat tempat palu, kemudian dia menjawab,

“Ah tidak akan terjadi apa-apa.” jawabnya.

Seperti sebuah optimisme tidak akan terjadi apa-apa. Siapa yang bisa menjamin? Apa yang dia katakan itu baik-baik saja, tetapi itu hanya alasan atas kemalasan dia menyiapkan perlengkapan bus sebelum berangkat. Jika bus itu terbakar, apakah akan selamat hanya dengan ucapan itu?

Kita memang harus optimis. Tetapi usaha tetap kita perlukan. Optimis yang benar adalah saat kita yakin akan menghasilkan yang baik saat kita sudah berusaha.

Malas Memperbaiki Diri Dengan Dalih Akan Baik-baik Saja

Banyak orang yang tidak puas dengan apa yang dia dilakukan. Namun dia tidak pernah mencoba untuk berubah dengan cara memperbaiki diri. Mereka berkata, bahwa hidupnya akan membaik seiring dengan perjalanan waktu. Padahal apa yang dia rasakan sangat membosankan dan jenuh. Tetapi dia tetap bertahan dengan alasan akan baik-baik saja.

Saat Anda melakukan profesi yang membosankan. Ada dua pilihan. Pertama Anda berusaha untuk mencari profesi lain yang lebih baik. Kedua Anda tetap bertahan. Banyak orang yang menginginkan pilihan pertama. Tapi dia sadar bahwa akan penuh dengan perjuangan, mencari profesi baru, belajar lagi, dan menyesuaikan diri. Rasa malas pun mulai menggoda, akhirnya dia memilih yang kedua, tetap bertahan.

Namun saat memilih pilihan kedua, tentu harus ada alasan, dan dia mengatakan, “Semuanya akan baik-baik saja.”

Optimis atau malas berusaha?

Saat rasa tersiksa makin menjepit, maka tidak ada cara lain selain mengeluh, menghujat, dan menuntut. Mengapa, karena bicara itu mudah dan paling mudah dilakukan oleh orang yang malas. Dia tidak pernah menuntut diri sendiri, karena dia sadar, kalau menuntut diri sendiri harus berusaha. Berusaha adalah musuh bagi orang yang malas.

Syukuri Apa Yang Ada, Tidak Usah Muluk-muluk

Salah satu lagi yang menjadi alasan bagi orang malas adalah syukur. Ini juga seperti kata-kata yang bijak. Padahal hanya untuk menutupi kemalasannya meraih pencapaian yang lebih tinggi, dia mengatakan mensyukuri yang ada saja tanpa harus meraih yang lebih besar lagi. Padahal Anda bisa tetap bersyukur sambil tetap berusaha meraih yang lebih baik. Usaha Anda untuk mencapai yang lebih baik tidak merusak syukur Anda.

Kita tidak bisa menuduh orang yang giat bekerja adalah orang yang tidak menyukuri nikmat yang sudah dimiliki. Syukur adalah urusan hati. Sementara usaha urusan fisik. Oleh karena itu syukur dan ikhtiar tidak akan saling mengganggu. Artinya Anda bisa menyukuri yang ada SAMBIL tetap berusaha untuk mendapatkan yang baik.

Yang tidak boleh adalah tidak mensyukuri atau mengkufuri nikmat Allah, menganggap semua hasil diri sendiri tanpa keterlibatan Allah. Justru berusaha dan mencari rezeki adalah perintah Allah. Sama-sama ibadah, tidak mungkin ibadah yang satu meniadakan ibadah lainnya. Tetaplah bersyukur dan tetaplah berusaha menjadi lebih baik.

Tetap Bersyukur, Tetap Optimis, dan Jangan Malas

Sesungguhnya bersyukur akan menambah kenikmatan Allah, dan perbanyaklah doa. (HR Ath-Thabrani)

Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. (QS. Az Zumar: 53)

Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir“. (QS. Yusuf:87)

Sesungguhnya Allah Ta’ala senang melihat hamba-Nya bersusah payah (lelah) dalam mencari rezeki yang halal. (HR. Ad Dailami)

Dari ayat dan hadits diatas bisa kita lihat, bahwa kita diperintahkan untuk bersyukur, kita diperintahkan untuk optimis, dan diperintahkan giat bekerja. Semua sama-sama perintah Allah, maka lakukan semuanya sebisa Anda. Optmisme dan syukur adalah perintah Allah, merupakan ahlaq yang mulia, jangan sampai dijadikan penutup sifat malas kita.

Mari kita semua berdo’a:

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, malas, sifat pengecut, menyia-nyiakan usia, dan sifat kikir.” (HR Muslim)

Semoga Allah menjadikan kita tidak termasuk orang-orang yang malas.


Kunjungi Juga:

Mau Umroh? Meski Anda Tidak Punya Uang dan Belum Siap?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WordPress Anti Spam by WP-SpamShield