|

Kunci Berubah: Kebenaran dan Pembenaran

Jika Anda Ingin Berubah

berubahSiapa yang tidak ingin berubah? Hanya pemalas yang tidak mau berubah. Semua orang ingin selalu berubah untuk hidup yang lebih baik. Bahkan, pemalas pun ingin berubah, yaitu ingin lebih menikmati kemalasannya.

Namun, saat ini saya tidak sedang berbicara si pemalas. Namun saya sedang berbicara banyak orang yang ngakunya ingin berubah, namun dia sulit sekali berubah. Seolah ada penghambat, yang menahan kita untuk berubah ke arah yang lebih baik.

Apa itu? Penghambat itu adalah: pembenaran!

Ini juga yang saya alami, saya selalu melakukan pembenaran atas apa yang saya lakukan, rasakan, dan dipikirkan selama ini. Dan itulah yang membuat saya sulit sekali berubah. Saat pembenaran pun saya enyahkan, kemudian diubah menjadi kebenaran, maka dunia pun berubah. Mengakui dan menerima kebenaran adalah kunci berubah.

Ini ilmu tingkat tinggi. Serius. Mungkin untuk sebagian orang akan sulit dipahami. Dan saya sudah beberapa kali mengurungkan menulis bahasan ini. Karena menjelaskannya pun cukup sulit bagi saya. Tapi saya harus menghapus pembenaran ini, dan saya mengikuti kebenaran bahwa rahasia sukses ini harus saya bagi dengan siapa pun.

Apa Itu Kebenaran?

Kebenaran sejati adalah apa yang tertulis di Al Quran dan hadits sahih. Tentu saja bukan hanya itu, ada kebenaran lain yang terdapat di alam ini, mengikuti hukum alam atau sunatullah. Ada kebenaran pada ayat tertulis dan tidak tertulis. Api adalah panas, itu sebuah kebenaran yang bisa kita rasakan sendiri, meski seandainya tidak ada ayat yang menjelaskan, kita tetap meyakini kebenaran ini.

Sayangnya, kebenaran itu sering kali dihapus, ditolak, atau diabaikan dan diganti dengan sebuah pembenaran. Untuk lebih jelaskan bisa saya berikan beberapa contoh.

Manusia akan diuji sesuai dengan kesanggupannya. Artinya seberat apa pun ujian yang diberikan kepada kita, kita PASTI sanggup. Ini jelas, ada dalilnya dalam Al Quran, surat Al Baqarah ayat terakhir. Namun apa yang terjadi? Banyak orang yang tidak mau menerima kebenaran ini, mereka menyerah, mereka berputus asa, dan mereka mengeluh. Dan jika ditanya, pasti akan banyak pembenaran-pembenaran yang keluar dari mulutnya.

“Ujiannya sangat berat, saya tidak sanggup.”

“Cobaan ini kenapa terjadi kepada saya, sayakan orang yang lemah.”

“Jelas saja dia bisa menghadapi ujian, karena dia orang kaya, sementara saya miskin”

dan berbagai pembenaran lainnya.

Ya, kebenaran diganti oleh pembenaran.

Kebenaran Yang Paling Sulit Diterima – Menyakitkan

Banyak sekali kebenaran jika kita mau menggali. Kebenaran itu seluas ilmu Allah yang tidak mungkin kita pahami semuanya. Tugas kita adalah untuk terus menuntut ilmu agar semakin banyak kebenaran yang bisa kita miliki.

Lalu apa kebenaran yang menyakitkan dan paling sulit diterima?

Ini pun menjadi tantangan bagi saya, saat menerima konsultasi dan ada orang yang minta bantuan. Sebenarnya untuk berubah, tinggal saya beritahu kebenaran ini. Namun ini menyakitkan. Bisa jadi orang itu akan marah kepada saya selamanya.

Mengapa sampai segitunya? Ya, saya sendiri masih sangat sulit dan menyakitkan. Dan setahu saya, kebanyakan orang masih sulit menerima kebenaran ini.

Kebanyakan kasus, saat kebenaran ini diungkap, banyak yang marah dan pembenarannya keluar.

Padahal, kebenaran ini sangat penting untuk perubahan.

Kebenaran tentang apa?

Ya, kebenaran tentang kekurangan diri kita.

Hanya yang sudah memiliki sikap yang dewasa yang bisa menerima kebenaran ini. Harus benar-benar dewasa. Memang tidak mudah, sekali kita bisa menerima kebenaran itu, perubahan pun akan terjadi ke arah yang jauh lebih positif.

Sebelumnya saya pernah (lama sekali) menjelaskan hal ini dalam sebuah cerita yang saya kutip dari sebuah buku. Silahkan Anda baca disini, agar lebih memahami apa yang saya maksud.

Kebenaran-kebenaran Jika Anda Belum Berubah

Dari berbagai kasus, ada beberapa kebenaran yang berkaitan dengan sikap mental seseorang yang sulit berubah. Silahkan Anda periksa, adakah salah satu kebenaran ini ada pada diri Anda?

Maaf, mungkin bahasanya agak kasar, tapi bisa jadi itu adalah kebenaran.

  1. Bodoh seperti keledai, bahkan lebih parah. Sudah jelas-jelas tidak berhasil, tetap saja dilakukan.
  2. Anda pada dasarnya adalah pemalas! Sudah tahu harus bertindak, cari-cari alasan untuk diam.
  3. Punya ego yang tinggi alias sombong, sehingga tidak mau menerima nasihat orang lain.
  4. Manja, maunya disuapin, maunya dikasih, maunya gratisan.

Ada lagi yang lain? Bisa jadi banyak, setiap orang akan memiliki berbagai kebenaran, yang dia sendiri sulit menerimanya.

Menerima Kebenaran Bukan Pembenaran

Lalu bagaimana agar kita bisa menerima kebenaran sehingga bisa berubah?

Itu keputusan Anda. Artinya Anda yang memutuskan, apakah anda mau berubah atau tidak. Jika mau, terimalah kebenaran tentang diri Anda. Anda tidak akan pernah bisa mengarahkan kemudi kapal, jika Anda tidak mengetahui Anda sedang ada dimana.

Jadi, carilahkan kebenaran tentang diri Anda, kemudian terimalah. Ciri anda sudah menerima kebenaran adalah Anda akan langsung berubah. Jika masih belum berubah, artinya masih ada pembenaran. Anda yang putuskan. Menerima kebenaran tentang diri Anda, itu kunci berubah. Silahkan baca juga artikel sebelumnya tentang jebakan pisang.

Kuncinya adalah berpikir akurat, memisahkan antara emosi dan logika. Pembenaran datang karena emosi. Saat kebenaran itu membuat kita tidak nyaman, maka dengan dorongan emosi tidak nyaman itu akan mendorong pikiran kita menuju pembenaran yang membuat kita nyaman.

Pengendalian diri berperan disini, untuk tetap menjaga diri kita berpikir secara jernih dan akurat tanpa dirusak oleh bias pimikiran akibat emosi. Emosi itu membuat pikiran kita bias. Pembenaran akan dianggap kebenaran. Apalagi jika berhadapan atau diketahui orang lain. Ego kita menambah kebodohan kita.

Manfaatkan Waktu Kesendirian

Dorongan menolak kebenaran dan memilih pembenaran di hadapan orang lain akan terasa lebih berat. Ada ego berperan disini. Saya akui saya pun masih mengalaminya. Maka, gunakan waktu sendiri untuk berpikir secara jernih dan akurat. Mungkin masih terasa tidak nyaman, tetapi setidaknya kita tidak mendapatkan penilaian orang lain.

Terus arahkan pikiran kita. Kendalikan emosi kita. Bahwa kita melakukan hal ini untuk perbaikan diri kita. Dan kita tidak akan pernah bisa berubah jika kita masih memilih pembenaran. Kita tidak akan bisa mengubah arah hidup kita jika kita tidak mengetahui kebenaran arah kita. Jika Anda MERASA sudah benar, Anda tidak akan mengubahnya.

Setelah shalat shubuh berjama’ah, setelah dzikir pagi, maka gunakan waktu sejenak untuk berpikir lebih jernih. Temukan kebenaran-kebenaran. Pertahankan yang sudah bagus, perbaiki yang kuran, dan luruskan yang bengkok. Jika dipagi hari sulit karena kesibukan, bangunlah sejak awal sebelum shalat shubuh.

Kebenaran itu ada dan nampak dengan jelas, sejauh mana Anda mau mencarinya. Ini juga bisa menjadi pintu tobat saat kita menemukan kebenaran bahwa diri kita masih berkubang dengan dosa. Dengan hanya fokus pada pembenaran, bahkan dosa pun dianggap bukan dosa. Bukankah ini bahaya? Kebiasaan melakukan pembenaran itu bahaya dunia akhirat.

Bersikap Dewasalah

Seperti disebutkan diatas, hanya mereka yang bersikap dewasalah yang bisa menerima kebenaran. Karena inilah dewasa. Bukan seperti anak kecil, yang memilih dan memutuskan berdasarkan mana yang dia mau atau suka. Orang dewasa akan memilih dan memutuskan berdasarkan mana yang benar dan salah.

Bersikap dewasa juga berarti memiliki kemampuan mengendalikan diri terhadap dorongan emosi. Bukan seperti anak kecil yang suka dengan mudah ngambek dan menangis. Dan dewasa itu lebih kepada kematanan berpikir, bukan hanya fisik. Dan dengan kematangan berpikir, bukan emosional, kita bisa berpikir lebih akurat, mana kebenaran dan mana pembenaran.


Kunjungi Juga:

Mau Umroh? Meski Anda Tidak Punya Uang dan Belum Siap?

3 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WordPress Anti Spam by WP-SpamShield