|

Empat Kesalahan Yang Menutup Pikiran Anda

menutup pikiran andaAda empat kesalahan yang tanpa kita sadari bisa menutup pikiran kita. Kesalahan-kesalahan ini memang sering terjadi tanpa kita sadari. Mudah-mudahan dengan ditulisnya artikel ini, bisa meningkatkan kesadaran akan kesalahan ini sehingga kita tidak terus menutup pikiran kita.

Kenapa artikel ini begitu penting, sebab jika banyak yang menutup pikiran kita, kita akan sulit untuk berkembang, sulit untuk melakukan perbaikan diri, sulit untuk mendapatkan hikmah, dan yang paling bahaya adalah sulit untuk mendapatkan kebenaran.

Kesalahan #1: Selalu Ingin Mendebat Akan Menutup Pikiran Anda

Saat Anda membaca artikel atau mendengarkan pembicaraan orang lain, Anda bukan membaca dan mendengar apa yang baik dan bisa bermanfaat bagi Anda, tetapi pikiran Anda mencari argumen untuk mengalahkan apa yang Anda baca dan Anda dengar.
Kemudian Anda langsung berkomentar, bahkan sebelum selesai orang lain bicara atau sebelum selesai membaca. Kadang, argumennya dangkal karena hanya didorong keinginan untuk mendebat meski tidak memiliki argumen. Ini menutup pikiran Anda karena fokus ingin mendebat.

Mengapa ini bisa terjadi?

Pertama ada kesombongan dalam diri bahwa Anda lebih pandai dari orang yang berbicara atau menulis artikel. Sehingga pikiran bawah sadar Anda mengatakan bahwa orang ini salah dan harus Anda debat tanpa melihat apa isi dari yang ditulis atau dibicarakan secara seksama. Pokoknya saya punya pendapat yang lebih baik.

Apa masalahnya? Tentu Saja Akan Menutup Pikiran Anda

Anda akan banyak kehilangan pelajaran, karena Anda akan melewati poin-poin penting dari apa yang dibicarakan oleh orang tersebut. Pikiran hanya bisa fokus pada satu hal dalam satu waktu, jika Anda fokus pada mendebat, maka Anda akan kehilangan fokus pada belajar atau mengambil hikmah. Bukankah ini akan menutup pikiran Anda?

Yang kedua, Anda akan merusak keakraban. Orang tidak suka selalu di debat, maka bisa jadi akan tumbuh rasa tidak suka dalam hati terhadap Anda. Saat mereka menunjukan ketidaksukaan tersebut, Anda akan berkata bahwa mereka seharusnya bisa menerima kritik.
Namun masalahnya bukan tentang kritik, jika Anda selalu mendebat, itu bukan kritik. Jika Anda memiliki niat memperbaiki, ada cara lain yang bisa dilakukan dengan cara yang baik.

Kesalahan #2: Selalu Mencari Kesalahan

Jika pada kasus pertama selalu menyalahkan dengan argumen, maka kasus kedua ini adalah selalu mencari kesalahan atau hanya melihat kekurangan dari apa yang ditulis dan dikatakan orang lain. Dari sekian banyak apa yang dibicarakan orang lain, maka Anda hanya fokus pada kesalahannya atau kekurangannya, kemudian langsung menyerang kesalahan tersebut.

Apa Masalahnya?

Anda bisa berargumen bahwa maksud Anda baik, memberikan koreksi terhadap orang tersebut. Ini memang baik, tetapi perlu hati-hati sebab Anda bisa kehilangan banyak poin penting karena Anda sibuk mengkoreksi kesalahan, yang kadang bukan kesalahan substansial. Bukankah akan menutup pikiran Anda?

Masalah kedua sama dengan selalu mendebat, Anda bisa dibenci.

Mengapa Ini Bisa Terjadi? Sehingga Menutup Pikiran Anda?

Kemungkinan penyebabnya untuk “show up” menunjukan diri kritis dan hebat, bisa melihat kesalahan orang lain. Kritis itu jeli, bukan berarti hanya melihat kesalahan, tetapi juga mampu melihat kebenaran.

Solusi Menghindari Selalu Mendebat dan Menyalahkan

Bukan berarti kita tidak boleh mendebat orang lain. Bukan berarti kita tidak boleh menyalahkan orang lain. Tetapi yang tidak boleh adalah “selalu” menyalahkan atau mendebat. Untuk menghindarinya:

  • Camkan, bahwa orang lain bisa benar dan Anda salah. Sehebat apa pun ilmu Anda, Anda tidak akan pernah mengetahui segalanya. Apa yang tidak terpikirkan oleh Anda, belum tentu salah, bisa saja Anda yang memang tidak tahu.
  • Berhentilah sejenak saat orang lain berbicara atau setelah menulis artikel, jangan langsung respon. Ini akan menghentikan kebiasaan negatif tersebut. Saat Anda berhenti sejenak, Anda bisa berpikir lebih jernih dan bijak.
  • Bukalah untuk kebaikan dan kebenaran. Dan, pikirkan manfaatnya untuk Anda. Anda akan berterima kasih.
  • Pikirkan dengan bijak:
    • Haruskah saya mendebat? Seberapa pentingkah?
    • Haruskah saya mengkoreksi kesalahan itu? Seberapa pentingkah?

Mungkin Anda harus mendebat, mungkin harus mengkoreksi, tetapi “tidak selalu”. Ini supaya tidak menutup pikiran Anda.

Kesalahan #3: Berdebat Dengan Menyerang Orang Tanpa Melihat Substansinya

Hal yang ketiga yang bisa menutup pikiran Anda ialah berdebat dengan menyerang orangnya, bukan beragumen terhadap argumen dia. Misalnya, Anda langsung menjatuhkan karakter orang tersebut dengan cara menyebutkan kejelekannya atau menuduhnya. Maksud Anda hanya menjatuhkan mental orang tersebut. Jelas ini akan menutup pikiran Anda.

Apa masalahnya?

Tentu saja, Anda akan kehilangan substansi, manfaat, kebaikan, dan kebenaran dari argumen tersebut.

Mengapa Bisa Terjadi?

Karena Anda hanya mencari kemenangan, bukan kebenaran.

Solusinya:

Camkan oleh Anda: buat apa mendapatkan kemenangan, tetapi hati Anda tertutup dari kebenaran?

Kesalahan #4: Selalu Menjawab: Tergantung Pribadi Masing-masing

Dan yang keempat adalah orang yang selalu menjawab “tergantung pribadinya masing-masing.” Apa pun nasihatnya, bisa dijawab dengan ungkapan itu. Mungkin Anda sering membaca dan mendengar jawaban seperti ini. Atau, bisa saja Anda termasuk orang yang sering atau selalu menjawab dengan ungkapan ini.

Apa Masalahnya?

Mungkin jawaban ini serasa bijak, namun sebenarnya perlu hati-hati. Kebaikan dan kebenaran bukan tergantung pribadinya masing-masing, tetapi tergantung petunjuk yang dijamin kebenarannya, yaitu Al Quran.

Pembicaraan akan berhenti saat Anda berbicara tergantung pribadinya masing-masing. Semua argumen akan berhenti dengan jawaban ini. Semuanya bisa dijawab dengan jawaban ini.

Masalah yang kedua, jawaban ini tidak memberikan solusi. Jawaban ini hanya ingin menghentikan diskusi, mungkin karena dia tidak tahu. Anda lebih baik bertanya dari pada malah menjawab dengan jawaban seperti ini.

Ketiga, bisa jadi jawaban ini hanya mengeles saat Anda merasa disalahkan dan tidak punya argumen. Misalnya: “Berduaan di tempat sepi dengan lawan jenis yang bukan muhrim itu tidak boleh.” Karena Anda suka, tetapi tidak ada argumen, kemudian Anda menjawab “Itu tergantung pribadi masing-masing.”

Keempat, jawaban ini tidak menunjukan ketegasan, mana yang benar atau yang salah. Padahal yang haq itu jelas, yang bathil itu jelas.

Solusi

  • Fokuslah pada substansi pembicaraan
  • Terimalah, bahkan berterima kasihlah saat kesalahan kita ada yang mengkoreksi
  • Kebenaran ada dalilnya, bukan tergentung pribadi masing-masing

Kesimpulan

Buka mata buka hati, bukalah pikiran Anda. Insya Allah kita akan semakin bijak, semakin banyak hikmah, dan ilmu bertambah terus. Jangan menutup pikiran Anda.


Kunjungi Juga:

Mau Umroh? Meski Anda Tidak Punya Uang dan Belum Siap?

3 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WordPress Anti Spam by WP-SpamShield