2 Syarat Untuk Mendapatkan Solusi dan Rezeki Yang Cukup

Maukah Anda Mendapatkan Solusi Dari Masalah dan Rezeki Yang Cukup?

Islam adalah agama yang seimbang, antara ikhtiar yang dilakukan fisik kita dan juga amalan hati. Keduanya adalah potensi yang diberikan Allah kepada kita, untuk kita manfaatkan dalam meraih sukses. Tentu, sukses dunia dan akhirat.

mendapatkan solusi

Salah satu ujian yang dihadapi oleh kebanyakan manusia adalah ada masalah yang selalu kita hadapi setiap hari dan juga karena masalah rezeki yang terasa kurang.

Mau solusinya?

Gunakan Otak dan Otot Anda

Banyak orang yang tidak mendapatkan solusi karena dia tidak berpikir. Jangan tersinggung. Ini karena sering kali kita terlalu emosional, sedih, takut, frustasi, khawatir, dan sebagainya. Emosi negatif yang kuat akan membuat kita sulit berpikir atau pikiran kita tumpul karena fokus ke emosi. Ketengan sangat diperlukan disini.

Berpikir Mendapatkan Solusi

Saat Anda memiliki masalah, maka carilah solusinya. Jangan fokus pada masalah, tetapi pahami masahal kemudian berpikir untuk menemukan solusinya. Bagaimana caranya? Banyak orang yang belum memahami ilmu atau cara menemukan solusi, padahal masalah setiap hari dihadapinya.

Untuk itu Anda perlu belajar cara mendapatkan solusi, salah satunya mempelajari berbagai metode mendapatkan solusi di ebook saya The Solution Secret.

Bekerja Keras dan Pantang Menyerah

Setelah Anda mendapatkan solusi, maka cobalah lakukan. Jangan bertanya bagaimana jika gagal, karena itu mungkin terjadi. Bisa saja Anda gagal dengan solusi pertama, maka coba solusi kedua, ketiga, dan selanjutnya. Sampai kapan? Sampai berhasil.

Inilah masalah yang sebenarnya masalah, yaitu banyak orang ingin mendapatkan solusi tetapi tidak mau bekerja keras dan cepat menyerah disaat solusi pertama gagal. Bekerja keraslah, ikhtiar secara maksimal atau mastatho’tum.

Namun, itu baru amalan fisik Anda. Jangan lupakan dengan amalan hati. Tidak ada pertentangan antara amalan hati dan amalan fisik. Malah saling mendukung. Amalan fisik Anda tidak akan sia-sia, bahkan makin berbobot jika diiringi dengan amalan hati. Bisa jadi, amalan hati pun akan didukung amalan fisik untuk mewujudkannya.

Keduanya penting, keduanya ibadah, keduanya harus ada, tidak perlu saling meniadakan.

2 Syarat Amalan Hati Yang Menjamin Mendapatkan Solusi dan Rezeki

Lalu, apakah dua syarat itu?

Takwa dan tawakal.

Ini adalah 2 diantara banyak amalan hati yang akan memastikan Anda mendapatkan solusi dan rezeki yang Anda butuhkan. Sampai mencukupi. Ya, sampai cukup.

Koq bisa? Sebab, Allah yang berfirman dalam Al Quran:

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (ath-Thalaaq: 2-3)

Bertakwa

Jika kita bertakwa kepada Allah, Allah sudah menjanjikan dua hal

  1. Jalan keluar. Dalam bahasa kita adalah solusi. Jadi, jika Anda banyak masalah namun begitu sulit mendapatkan solusi, mungkin saja ketakwaan masih kurang. Bukan memvonis, tetapi bahan evaluasi diri, termasuk penulis.
  2. Rezeki yang tidak disangka-sangka arahnya. Dalam tafsir Al Muyassar dijelaskan bahwa Allah memudahkan segala sebab datangnya rezeki dari arah yang tidak terlintas dibenaknya, tidak juga dari arah yang tidak disangka-sangkanya.

Bagaimana cara bertakwa? Sebenarnya ini adalah ranah para kiyai atau ulama. Dan ini akan menjadi pembelajaran terus-menerus. Silahkan belajar kepada para ulama melalui pengajian, pesantren, majelis taklim, dan sebagainya. Jangan tidur saat khutbah Jum’at, karena isinya (seharusnya) adalah wasiat takwa.

Saya merangkum dari sebuah rujukan bagaimana jalan menuju takwa.

Cara menjadi takwa dapat diuraikan melalui lima langkah penting:

  1. Mu’ahadah (Mengingat Perjanjian): Langkah pertama dalam menjadi takwa adalah dengan selalu mengingat perjanjian kita dengan Allah SWT, yaitu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Perjanjian ini mencakup keyakinan bahwa kita diciptakan untuk beribadah kepada-Nya dan untuk hidup sesuai dengan ajaran Islam.
  2. Muraqabah (Merasa Diawasi Allah): Selalu merasa diawasi oleh Allah SWT dalam setiap tindakan kita. Dengan kesadaran bahwa Allah melihat dan mengetahui segala sesuatu, kita akan lebih berhati-hati dalam berperilaku, menjaga diri dari perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, dan selalu berusaha melakukan yang terbaik.
  3. Muhasabah (Introspeksi Diri): Melakukan introspeksi atau evaluasi terhadap diri sendiri secara rutin. Ini penting untuk menilai apakah kita sudah menjalankan kehidupan sesuai dengan tuntunan agama, dan memperbaiki diri jika ada kekurangan. Muhasabah membantu kita untuk terus meningkatkan kualitas iman dan amal kita.
  4. Mu’aqabah (Pemberian Sanksi): Ketika kita menyadari adanya kesalahan atau kekurangan dalam diri, langkah berikutnya adalah memberikan sanksi kepada diri sendiri. Ini bisa berupa tindakan untuk memperbaiki diri, misalnya dengan berpuasa, bersedekah, atau beristighfar sebagai bentuk penebusan dosa dan pembelajaran agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
  5. Mujahadah (Optimalisasi): Berjuang untuk mencapai tingkat keimanan dan ketaqwaan yang lebih tinggi. Mujahadah melibatkan usaha maksimal dalam beribadah dan menjalankan segala perintah Allah, serta meninggalkan segala larangan-Nya. Ini adalah bentuk pengabdian total kepada Allah dengan terus-menerus memperbaiki diri dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan hidup.

Melalui kelima langkah ini, insya Allah kita dapat menjadi pribadi yang bertakwa dan mendapatkan ridha Allah SWT.

Bertawakal

Kemudian sebagai balasan orang yang tawakal: Allah akan mencukupkan segala urusan yang membuatnya khawatir.

Seandainya kalian sungguh-sungguh bertawakal kepada Allah, sungguh Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada seekor burung yang pergi dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang “ (HR.Tirmidzi, hasan shahih)

Definisi bertawakal adalah menyandarkan segala urusan kepada Allah. Banyak yang pemahaman tawakal kurang tepat, yaitu hanya di akhir. Itu tidak salah: setelah berusaha kemudian bertawakal. Lalu mengapa tidak dari sebelum dan saat berusaha pun kita bertawakal.

Cara bertawakal dapat dilakukan dengan tiga langkah berikut:

  1. Mulai sejak awal (setelah ‘azam atau tekad): Setelah membulatkan tekad untuk melakukan sesuatu, langkah pertama adalah bertawakal kepada Allah SWT. Ini berarti kita harus menyerahkan segala urusan kita kepada-Nya setelah membuat keputusan yang matang. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Ali Imran: 159). Dengan tawakal ini, kita menempatkan kepercayaan penuh kepada Allah untuk hasil yang terbaik.
  2. Saat berikhtiar: Bertawakal tidak berarti meninggalkan usaha. Ketika kita berikhtiar atau berusaha, kita harus selalu melibatkan Allah dalam setiap langkah. Doa dan dzikir menjadi bagian dari usaha kita, karena dengan melibatkan Allah, kita memohon bimbingan, perlindungan, dan keberkahan dalam setiap tindakan. Ini membantu kita tetap fokus dan optimis, serta menerima bahwa hasil akhir adalah ketentuan Allah.
  3. Setelah Ikhtiar Maksimal: Setelah melakukan segala usaha yang bisa dilakukan, kita perlu berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Seperti dalam hadits, Rasulullah SAW berkata, “Ikatlah dulu untamu itu kemudian baru engkau bertawakal!” (HR. At-Tirmidzi no. 2517, hasan). Ini mengajarkan bahwa kita harus melakukan segala upaya yang diperlukan dan kemudian bertawakal, menyerahkan hasilnya kepada Allah. Hasil dari ikhtiar kita mungkin sesuai harapan atau tidak, namun dengan tawakal, kita menerima dengan ikhlas apa pun ketetapan Allah karena percaya bahwa Allah mengetahui yang terbaik bagi kita.

Dengan tiga langkah ini, bertawakal menjadi wujud keyakinan bahwa Allah adalah sebaik-baiknya pelindung dan penolong.

Jadi, jika hidup masih jauh dari solusi, banyak kekurangan, dan banyak kehawatiran, yuk kita evaluasi diri apakah takwa dan tawakal kita sudah mantap atau belum. Sambil terus berusaha melalui amalan fisik, mantapkan juga takwa dan tawakal di dada kita.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *